Jenis
Makna Berdasarkan Contoh
Pengertian
Makna
Mansoer Pateda
(2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang
membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Ferdinand
de Saussure (dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna
sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda
linguistik. Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa
makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati
bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti. Menurut
Djajasudarma (1993: 5), makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata).
Empat
Macam Mutiara Manusia
Apa
maksud kalimat di atas?
Berdasarkan
hadis Rasulullah SAW : Empat macam mutiara manusia yang dapat hilang karena
empat perkara lainnya (1) Akal dihilangkan oleh marah,(2) Agama dihilangkan
oleh hasad(dengki),(3) Malu dihilangkan oleh tamak,(4) Amal sholeh dihilangkan
oleh menggunjing.
اربعةٌ منْ جوارح الإنسان يزيلها بأربعة أشياء:العقل يزيلها
الغضب, والدين يزيلها الحسد, والحياء يزيلها الطمع والعمل الصا يزيلها الغيبة.
1.
Akal dihilangkan karena marah
Akal
merupakan salah satu hidayah Allah yang diberikan kepada manusia. Dengan akal
kedudukan manusia paling tinggi dan utama dibandingkan makhluk Allah lainnya.
Dengan akal, manusia dapat membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan
salah, dapat membedakan yang membahayakan dan yang aman, Oleh karena pentingnya
manusia menggunakan akalnya, dalam Al Qur’an sebanyak 13 kali Allah menegur
manusia yang berpaling atas kekuasaan Allah dan tidak menggunakan akalnya
dengan kalimat Afala Ta’qilun ( افلا تعقلون ).
Akal
sehat seseorang akan hilang apabila tidak dapat mengendalikan amarahnya. Dengan
amarah, manusia tidak dapat membedakan yang baik dan buruk, dan dengan marah seseorang sulit membedakan
yang bahaya dan tidak.
Hadis
Rasulullah SAW menyatakan; “Bukanlah orang kuat karena menang bertarung, tetapi
orang kuat ialah yang mampu menahan amarahnya”
ليس الشديد بالصرعة إنما الشديد الذي
يملك نفسه عند الغضب (رواه البخاري ومسلم)
2.
Agama hilang karena hasud.
Hasud
atau dengki adalah sikap batin yang tidak senang kepada orang lain yang
mendapat kenikmatan, sekaligus mengharapkan hilangnya kenikmatan itu dari
pemiliknya. Panyakit ini merupakan penyakit tertua, karena sejak manusia
pertama ada dimuka bumi, penyakit ini sudah ada.
Dalam
Al Qur’an telah diperingatkan oleh Allah:” Janganlah kamu iri hati terhadap apa
yang dikaruniakan Allah kepada sebagian orang lain lebih banyak dari sebagian
yang lain”(Annisa : 32)
وَلاَ
تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ
Hadis
Rasulullah SAW memperingatkan: Hasud dapat memakan/menghilangkan kebaikan
sebagimana api membakar kayu yang kering”(HR. Ibnu Majah)
الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار
الخطب
3.
Malu hilang karena sifat tamak (
Thoma’)
Tamak
adalah sikap batin yang menginginkan agar kenikmatan yang ada pada orang lain
pindah kepada dirinya. Dengan kata lain seseorang tidak merasa puas
dengan apa yang telah dimiliki. Dengan sifat Thoma’ seseorang tidak akan
malu melakukan tindakan-tindakan yang melawan hukum agama dan negara, social
kemasyarakatan dan keagamaan dan etika.
Hadis
Nabi menyatakan : Al Haya’u minal Iman” (malu itu sebagian dari iman)
Hadis
lain menyatakan” Al Haya’u la ya’ti illa bi khair’( Malu itu tidak
datang kecuali dengan kebaikan) Maksudnya malu itu pasti mendatangkan kebaikan
bagi seseorang.
4.
Amal shaleh akan terhapus oleh
gunjingan
Menggunjing
adalah salah satu sifat jelek manusia dan dapat menimbulkan permusuhan. dan menghilang
amal soleh. Menggunjing (ghibah) adalah menyebutkan seseuatu yang ada pada
seseorang, yang membuatnya tidak senang atau marah. “Zikruka akhaaka bima
yakrahu” Sesuatu yang diceritakan itu benar-benar terjadi atau tidak terjadi
sama sekali keduanya termasuk menggunjing. Sifat menggunjing termasuk sifat
yang dapat menimbulkan bahaya dan dampak yang bahaya, Allah telah
memperingatkan dalam surah Al Hujurat ayat 12”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا
تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ
لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ
تَوَّابٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢﴾
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”
Jadi
dapat disimpulkan bahwa empat mutiara manusia berupa:
1.
Akal, yang menggambarkan pemikiran
dan tindakan rasional seseorang akan hilang karena marah-marah, emosional;
2.
Agama, nilai-nilai agama yang ada
para seseorang akan terabaikan karena sifat hasad dan iri-dengki, sehingga
berusaha saling menjatuhkan dan merendahkan.
3.
Rasa malu, akan terabaikan karena
faktor ketamakan akan harta dan jabatan, sehingga tidak pandang lawan-kawan,
halal -haram, legal-illegal;
4.
Amal shaleh, akan terhapus atau
tidak memiliki investasi apa-apa di sisi Alloh SWT karena faktor gunjingan yang
sangat membahayakan rasa keakraban, persatuan dan persaudaraan. Dengan demikian
Islam sangat mementingkan kedamaian dan keakraban dalam masyarakat.
JENIS MAKNA
1.
Makna
Leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks
apapun. Dengan kata lain makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, yang
sesua dengan hasil observasi indra manusia, atau makna apa adanya (makna yang
ada dalam kamus). (Haznah faizah, 2008:70).
Contoh kata “Malu”
di dalam ( KLBI, 2006 : 375) adalah perasaan enggan atau canggung karena hina
atau rendah hati dan segan berbuat sesuatu karena rasa takut dan sebagainya.
Dan kata “Tamak” adalah serakah dan loba ( KLBI, 2006 :517). Kata “Amal”
dalam (KLBI, 2006 : 26) adalah perbuatan baik atau buruk.
2.
Makna Gramatikal adalah makna yang akan ada jika
terjadi gramatikal (afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi).
(Haznah faizah, 2008:70).
Contoh:
-
Sesuatu
yang diceritakan itu benar-benar terjadi atau tidak
terjadi sama sekali keduanya termasuk menggunjing.
-
Hai
orang-orang
yang beriman.
-
Akal
sehat seseorang
akan hilang apabila tidak dapat mengendalikan amarahnya. Maksud makna
akal sehat melahirkan makna gramatikal “ akal yang baik, jernih, dan
bagus”.
-
Seseorang
tidak akan malu melakukan tindakan-tindakan yang melawan hukum
agama dan Negara.
3. Makna Sempit
(specialized meaning) atau (narrowed meaning)
merupakan makna yang berwujud
sempit pada keseluruhan ujaran. Makna sempit biasa disebut khusus. ( Mansoer
Pateda, 2010:126). Contoh :
“Hai
orang-orang yang beriman. ( kalimat yang dimaksud adalah seruan yang
digunakan untuk menyeru orang-orang yang beriman, dan bukan untuk orang-orang
yang tidak beriman).
4. Makna Umum
(general Meeting) adalah makna yang menyangkut
keeluruhan atau semuanya, tidak menyangkut yang khusus atau tertentu. Makna umum dapat juga dikataka makna luas
maka, makna yang luas pengertiannya. ( Mansoer Pateda, 2010:131).
Contohnya kata “ Akal ”. Orang
mengatakan, akal adalah suatu hidayah yang diberikan allah kepada manusia untuk
membedakannya dengan makhluk ciptaan lainnya, maka kalimat di atas bersifat
umum. Makna akal dapat dipersempit dengan jalan menambah kata sebagai pembatas,
misalnya : akal budi, akal bulus, akal busuk, dan akal sehat. Urutan kata akal
budi, akal bulus, dan akal busuk pun masih luas dan dapat dipersempit ,
misalnya : akal budi manusia, akal bulus manusia, akal busuk manusia, dan akal
sehat manusia.
5. Makna denotatif
(denotative meaning) adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas
hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi
satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotative adalah makna polos, makna apa
adanya. Makna denotative didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di
luar bahasa atau yang didasarkan pada konvensi tertentu (Harimurti, 1982:32).
Contohnya kata “
agama” mengandung makna ajaran kepercayaan kepada Tuhan .
6. Makna Kognitif
disebut juga makna deskriptif atau denotative adalah makna yang menunjukkan
adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataannya. Makna kognitif adalah
makna lugas, makna apa adanya. Makna kognitif mengacu pada bentuk-bentuk yang
makna kognitifnya khusus antara lain itu, ini, ke sana, ke sini, numeralia
antara lain satu, dua, tiga, dst, dan termasuk pula partikel yang memiliki
makna relasional antara lain dan (aditif) atau (alternative), tetapi
(kontrastif), dst. ( Fatimah Djajasudarma, 2009: 11).
Contoh :
“ Malu itu sebagian dari iman”
“ Malu itu tidak datang kecuali
dengan kebaikan”
“Bukanlah
orang kuat karena menang bertarung, tetapi orang kuat ialah orang yang
mampu menahan amarahnya”.
7. Makna Konstruksi
adalah makna yang terdapat di dalam konstruski, misalnya makna milik yang
diungkapkan melalui enklitik sebagai akhiran yang menunjukkan kepunyaann. (Fatimah Djajasudarma,
2009: 15 ).
Contohnya :
“
Kamu memakan daging saudaranya yang
sudah mati”
“ Kamu
merasa jijik kepadanya”
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik
Umum. Jakarta : Rineka Cipta
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta
Aminuddin. 1988. Semantik. Bandung: Sinar Baru.
Faizah, Hasnah. 2010. Linguistik Umum. Pekanbaru : Cendikia Insani
Pekanbaru.
Djajasudarma, T. F. 1993. Semantik 1
dan 2 : Pemahaman Ilmu Makna. Bandung : Eresco.
Chaniago, YS Amran. 2006. Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung : PUSTAKA SETIA.
Abdul Wahab. 1995. Teori Semantik. Surabaya: Airlangga
University Press.
0 komentar:
Posting Komentar