Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Selasa, 26 Maret 2013

TUGAS SEMANTIK BAHASA INDONESIA



Jenis Makna Berdasarkan Contoh    
Pengertian Makna

Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Ferdinand de Saussure (dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti. Menurut Djajasudarma (1993: 5), makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata).

Empat Macam Mutiara Manusia
Apa maksud kalimat di atas?
Berdasarkan hadis Rasulullah SAW : Empat macam mutiara manusia yang dapat hilang karena empat perkara lainnya (1) Akal dihilangkan oleh marah,(2) Agama dihilangkan oleh hasad(dengki),(3) Malu dihilangkan oleh tamak,(4) Amal sholeh dihilangkan oleh menggunjing.

اربعةٌ منْ جوارح الإنسان يزيلها بأربعة أشياء:العقل يزيلها الغضب, والدين يزيلها الحسد, والحياء يزيلها الطمع والعمل الصا يزيلها الغيبة.

1.      Akal dihilangkan karena marah
Akal merupakan salah satu hidayah Allah yang diberikan kepada manusia. Dengan akal kedudukan manusia paling tinggi dan utama dibandingkan makhluk Allah lainnya. Dengan akal, manusia dapat membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah, dapat membedakan yang membahayakan dan yang aman, Oleh karena pentingnya manusia menggunakan akalnya, dalam Al Qur’an sebanyak 13 kali Allah menegur manusia yang berpaling atas kekuasaan Allah dan tidak menggunakan akalnya dengan kalimat Afala Ta’qilun ( افلا تعقلون  ). 

Akal sehat seseorang akan hilang apabila tidak dapat mengendalikan amarahnya. Dengan amarah, manusia tidak dapat membedakan yang baik dan buruk,  dan dengan marah seseorang sulit membedakan yang bahaya dan tidak. 

Hadis Rasulullah SAW menyatakan; “Bukanlah orang kuat karena menang bertarung, tetapi orang kuat ialah yang mampu menahan amarahnya”

ليس الشديد بالصرعة إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب (رواه البخاري ومسلم)

2.      Agama hilang karena hasud.
Hasud atau dengki adalah sikap batin yang tidak senang kepada orang lain yang mendapat kenikmatan, sekaligus mengharapkan hilangnya kenikmatan itu dari pemiliknya. Panyakit ini merupakan penyakit tertua, karena sejak manusia pertama ada dimuka bumi, penyakit ini sudah ada.

Dalam Al Qur’an telah diperingatkan oleh Allah:” Janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian orang lain lebih banyak dari sebagian yang lain”(Annisa : 32)

وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ

Hadis Rasulullah SAW memperingatkan: Hasud dapat memakan/menghilangkan kebaikan sebagimana api membakar kayu yang kering”(HR. Ibnu Majah)
الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الخطب

3.      Malu hilang karena sifat tamak ( Thoma’)                             
Tamak adalah sikap batin yang menginginkan agar kenikmatan yang ada pada orang lain pindah kepada dirinya. Dengan kata  lain seseorang tidak merasa puas dengan apa  yang telah dimiliki. Dengan sifat Thoma’ seseorang tidak akan malu melakukan tindakan-tindakan yang melawan hukum agama dan negara, social kemasyarakatan dan keagamaan dan etika.

Hadis Nabi menyatakan : Al Haya’u minal Iman” (malu itu sebagian dari iman)
Hadis lain menyatakan” Al Haya’u la ya’ti illa bi khair’( Malu itu tidak datang kecuali dengan kebaikan) Maksudnya malu itu pasti mendatangkan kebaikan bagi seseorang.

4.      Amal shaleh akan terhapus oleh gunjingan
Menggunjing adalah salah satu sifat jelek manusia dan dapat menimbulkan permusuhan. dan menghilang amal soleh. Menggunjing (ghibah) adalah menyebutkan seseuatu yang ada pada seseorang, yang membuatnya tidak senang atau marah. “Zikruka akhaaka bima yakrahu” Sesuatu yang diceritakan itu benar-benar terjadi atau tidak terjadi sama sekali keduanya termasuk menggunjing. Sifat menggunjing termasuk sifat yang dapat menimbulkan bahaya dan dampak yang bahaya, Allah telah memperingatkan dalam surah Al Hujurat ayat 12”

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢﴾

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”

Jadi dapat disimpulkan bahwa empat mutiara manusia berupa:
1.      Akal, yang menggambarkan pemikiran dan tindakan rasional seseorang akan hilang karena marah-marah, emosional;
2.      Agama, nilai-nilai agama yang ada para seseorang akan terabaikan karena sifat hasad dan iri-dengki, sehingga berusaha saling menjatuhkan dan merendahkan.
3.      Rasa malu, akan terabaikan karena faktor ketamakan akan harta dan jabatan, sehingga tidak pandang lawan-kawan, halal -haram, legal-illegal;
4.      Amal shaleh, akan terhapus atau tidak memiliki investasi apa-apa di sisi Alloh SWT karena faktor gunjingan yang sangat membahayakan rasa keakraban, persatuan dan persaudaraan. Dengan demikian Islam sangat mementingkan kedamaian dan keakraban dalam masyarakat.

JENIS MAKNA

1.      Makna Leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Dengan kata lain makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, yang sesua dengan hasil observasi indra manusia, atau makna apa adanya (makna yang ada dalam kamus). (Haznah faizah, 2008:70).
Contoh  kata “Malu” di dalam ( KLBI, 2006 : 375) adalah perasaan enggan atau canggung karena hina atau rendah hati dan segan berbuat sesuatu karena rasa takut dan sebagainya. Dan kata “Tamak” adalah serakah dan loba ( KLBI, 2006 :517). Kata “Amal” dalam (KLBI, 2006 : 26) adalah perbuatan baik atau buruk. 

2.      Makna Gramatikal adalah makna yang akan ada jika terjadi gramatikal (afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi). (Haznah faizah, 2008:70).
Contoh:
-          Sesuatu yang diceritakan itu benar-benar terjadi atau tidak terjadi sama sekali keduanya termasuk menggunjing.
-          Hai orang-orang yang beriman.
-          Akal sehat seseorang akan hilang apabila tidak dapat mengendalikan amarahnya. Maksud makna akal sehat melahirkan makna gramatikal “ akal yang baik, jernih, dan bagus”.
 
-          Seseorang tidak akan malu melakukan tindakan-tindakan yang melawan hukum agama dan Negara.
3.      Makna Sempit (specialized meaning) atau (narrowed meaning)  merupakan makna  yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran. Makna sempit biasa disebut khusus. ( Mansoer Pateda, 2010:126). Contoh : 
Hai orang-orang yang beriman. ( kalimat yang dimaksud adalah seruan yang digunakan untuk menyeru orang-orang yang beriman, dan bukan untuk orang-orang yang tidak beriman).

4.      Makna Umum (general Meeting) adalah makna yang menyangkut  keeluruhan atau semuanya, tidak menyangkut yang khusus atau tertentu.  Makna umum dapat juga dikataka makna luas maka, makna yang luas pengertiannya. ( Mansoer Pateda, 2010:131).
Contohnya kata “ Akal ”. Orang mengatakan, akal adalah suatu hidayah yang diberikan allah kepada manusia untuk membedakannya dengan makhluk ciptaan lainnya, maka kalimat di atas bersifat umum.  Makna akal dapat dipersempit  dengan jalan menambah kata sebagai pembatas, misalnya : akal budi, akal bulus, akal busuk, dan akal sehat. Urutan kata akal budi, akal bulus, dan akal busuk pun masih luas dan dapat dipersempit , misalnya : akal budi manusia, akal bulus manusia, akal busuk manusia, dan akal sehat manusia.

5.      Makna denotatif (denotative meaning) adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotative adalah makna polos, makna apa adanya. Makna denotative didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan pada konvensi tertentu (Harimurti, 1982:32).
Contohnya  kata “ agama” mengandung makna ajaran kepercayaan kepada Tuhan .

6.      Makna Kognitif disebut juga makna deskriptif atau denotative adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataannya. Makna kognitif adalah makna lugas, makna apa adanya. Makna kognitif mengacu pada bentuk-bentuk yang makna kognitifnya khusus antara lain itu, ini, ke sana, ke sini, numeralia antara lain satu, dua, tiga, dst, dan termasuk pula partikel yang memiliki makna relasional antara lain dan (aditif) atau (alternative), tetapi (kontrastif), dst. ( Fatimah Djajasudarma, 2009: 11).
Contoh :
“ Malu itu sebagian dari iman”
“ Malu itu tidak datang kecuali dengan kebaikan”
“Bukanlah orang kuat karena menang bertarung, tetapi orang kuat ialah orang yang mampu menahan amarahnya”.

7.      Makna Konstruksi adalah makna yang terdapat di dalam konstruski, misalnya makna milik yang diungkapkan melalui enklitik sebagai akhiran yang menunjukkan kepunyaann. (Fatimah Djajasudarma, 2009: 15 ).
Contohnya :
“ Kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati”
“ Kamu merasa jijik kepadanya

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta
Aminuddin. 1988. Semantik. Bandung: Sinar Baru.
Faizah, Hasnah. 2010. Linguistik Umum. Pekanbaru : Cendikia Insani Pekanbaru.
Djajasudarma, T. F. 1993. Semantik 1 dan 2 : Pemahaman Ilmu Makna. Bandung : Eresco.
Chaniago, YS Amran. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung : PUSTAKA SETIA.
Abdul Wahab. 1995. Teori Semantik. Surabaya: Airlangga University Press.



0 komentar:

Posting Komentar