BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan merupakan
suatu diskursus yang terpenting dan menempati posisis sentral dalam bidang
kajian sosiologi. Dalam sosiologi pendidikan inilah kemudian dibahas berbagai
masalah tentang pendidikan dengan tujuan mengendalikan proses pendidikan
untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik (Nasution, 1983).
Pendidikan bukan hanya terpusat pada instansi pendidikan saja melainkan juga
pada tri pusat pendidikan yaitu pendidikan dalam keluarga, pendidikan dilembaga
pendidikan formal (sekolah dan kampus/universitas) serta pendidikan
dimasayarakat.
Pendidikan
mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah
pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman
selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan
sebelumnya. Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa
sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang
makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya
pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU pendidikan kacau. Dampak dari
pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan
ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik
di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
1.2
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
merumuskan perumusan makalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
Pendidikan Di Indonesia ?
2. Bagaimana
Problematika Di Indonesia?
1.3 Tujuan
Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana
pendidikan di Indonesia, bagaimana problematika di Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan di atas, manfaat yang
diharapkan dari penulisan makalah adalah :
1.
Secara teoritis, manfaat
penelitian ini adalah dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan,
mengetahui, dan memperluas tentang bagaimana pendidikan di
Indonesia, dan bagaimana Problematika di Indonesia.
2.
Secara praktis, manfaat tulisan
dapat menjadi sebuah referensi bagi penulisan-penulisan tugas analisis yang
akan digunakan untuk kedepannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan adalah suatu usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya
sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional Indonesia adalah
pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan nasional Indonesia.
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan.
Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, Pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan.
Berangkat dari definisi di atas maka
dapat difahami bahwa secara formal sistem pendidikan indonesia diarahkan pada
tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban
bangsa Indonesia yang bermartabat. Namun demikian, sesungguhnya sistem
pendidikan indonesia saat ini tengah berjalan di atas rel kehidupan
‘sekulerisme’ yaitu suatu pandangan hidup yang memisahkan peranan agama dalam
pengaturan urusan-urusan kehidupan secara menyeluruh, termasuk dalam
penyelenggaran sistem pendidikan. Meskipun, pemerintah dalam hal ini berupaya
mengaburkan realitas (sekulerisme pendidikan) yang ada sebagaimana terungkap
dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan,
“Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap,
serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap
kesejahteraan masyarakat dan tanah air.”
2.2
Problematika Pendidikan Di Indonesia
2.2.1 Pengertian Problematika
Problematika
adalah berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem” artinya, soal, masalah
atau teka-teki. Juga berarti problematik, yaitu ketidak tentuan. Tentang
pendidikan banyak definisi yang berbagai macam, namun secara umum ada yang
mendefinisikan bahwa, pendidikan adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa
yang dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai
suatu pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi
seseorang yang menyebabkan mereka berkembang. Definisi pendidikan secara lebih
khusus ialah suatu proses pertumbuhan di dalam mana seorang individu di bantu mengembangkan
daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. Sehingga dapat di
simpulkan disini bahwa pendidikan adalah, suatu usaha sadar dalam rangka
menanamkan daya-daya kemampuan, baik yang berhubungan dengan pengalaman
kognitif (daya pengetahuan), afektif (aspek sikap) maupun psikomotorik (aspek
ketrampilan) yang dimiliki oleh seorang individu. Adapun yang dimaksud
dengan problematika pendidikan adalah, persoalan-persoalan atau
permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia pendidikan, khususnya
Negara Indonesia.
2.2.2 Masalah-Masalah Pokok Pendidikan di
Indonesia
Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak
Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara
umum kualitas sumberdaya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN, kita masih ketinggallan jauh, oleh karena itu,
upaya yang lebih aktif perlu ditingkatkan agar bangsa kita tidak menjadi tamu
terasing di Negri sendiri terutama karena terjajah oleh budaya asing dan
terpaksa menari diatas irama gendang irang lain. Upaya untuk membangun sumber
daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta bermoral dan
berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan. Hal ini di sebabkan
dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup
mendasar dan bersifat kompleks. Kita masih menghadapi sejumlah masalah
yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar sangat penting untuk segera
diatasi karena sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, ada beberapa
masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara lain sebagai berikut :
1. Rendahnya pemerataan kesempatan
belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik yang putus sekolah,
serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan.
2. Rendahnya mutu akademik terutama
penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA), matematika, serta bahasa terutama
bahasa inggris padahal penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam
menguasai dan mengembangkan iptek.
3. Rendahnya efisiensi internal karena
lamanya masa studi melampaui waktu standart yang sudah ditentukan.
4. Rendahnya efisiensi eksternal sistem
pendidikan yang disebut dengan relevansi pendidikan, yang menyebabkan
terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat. Secara
empiris kecenderungan meningkatnya pengangguran tenaga terdidik disebabkan oleh
perkembangan dunia usaha yang masih di dominasi oleh pengusaha besar yang
jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan efisiensi (padat modal dan padat
teknologi). Dengan demikian pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebuh
kecil dibandingkan pertambahan jumlah lulusan lembaga pendidikan.
5. Terjadi kecenderungan menurunnya
akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan
sosial, seperti terjadinya tawuran pelajar dan kenakalan remaja. Dalam hal ini
pendidikan agama menjadi sangat penting menjadi landasan akhlak dan moral serta
budi pekerti yang luhur perlu diberikan kepada peserta didik sejak dini.
Dengan demikian, hal
itu akan menjadi landasan yang kuat bagi kekokohan moral dan etika setelah
terjun ke masyarakat. Masalah-masalah diatas erat kaitanya dengan kendala
seperti keadaan geografis, demografis, serta sosio-ekonomi besarnya jumlah
penduduk yang tersebar diseluruh wilayah geografis Indinesia cukup luas.
Kemiskinan juga merupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan erat dengan
masalah pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya
disebabkan oleh adanya kelemahan menejemen pendidikan tingkat mikro lembaga
pendidikan, tetapi karena juga menejemen pendidikan pada tingkat makro seperti
rendahnya efisiensi dan efektivitas pengolahan sistem pendidikan. Sistem dan
dan tata kehidupan masyarakat tidak kondusif yang turut menentukan rendahnya
mutu sistem pendidikan disekolah yang ada gilirannya menyebabkan rendahnya mutu
peserta didik dan lulusannya. Kebijaksanaan dan progran yang ditujukan untuk
mengatasi berbagai permasalahan di atas, harus di rumuskan secara spesifik
karena fenomena dan penyebab timbulnya masalah juga berbeda-beda di seluruh
wilayah Indonesia.
Sistem pendidikan menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai supra sistem. Pembanguana sistem
pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak singkron dengan pembanguanan
nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem
sosial budaya sebagai supra sistem tersebut, dimana sistem pendidikan menjadi
bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern
sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya suatu permasalahan
intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar
sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu
sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi
masyarakat disekitarnya, dari mana murid-murid sekolah tersebut berasal, serta
masih banyak lagi faktor-faktor lainnya diluar sistem persekolahan yang
berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.
Berdasarkan
kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga sangat kompleks,
menyangkut banyak komponen dan melibatkan banyak pihak. Pada dasarnya ada dua
masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini,
yaitui:
1. Bagaimana semua warga Negara dapat
menikmati kesempatan pendidikan.
2. Bagaimana pendidikan dapat membekali
peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun kedalam
kancah kehidupan bermasyarakat.
Seperti
telah dikemukakan diatas, pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok
pendidikan yang telah menjadi kesempatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya. Masalah yang dimaksud adalah:
3. Masalah Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memanjakan
bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara Indonesia
untuk memperoleh pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan
bagaiman sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan
itu menjadi wahana bagi pembanguana sumber daya manusia untuk menunjang
pembangunan.
Masalah
pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara khususnya anak
usia sekolah yang tidak dapat di tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan
karena kurangnya fasilita pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah
air kita Undang-Undang No 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Pada bab XI pasal 17 berbunyi:
Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang
sama diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan
untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI
pasal 10 ayat 1 menyatakan: ”semua anak yang berumur 6 tahun berhak dan yang
sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun “ ayat
2 menyatakan: “belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari
menteri agama yang dianggap telah memenuhi kewajiban belajar. Landasan yuridis
pemerataan pendidika tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan
pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai
akibat penjajahan.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting
sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka
mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajauan melalui berbagai media
massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan
sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan
menjadi penghambat pembangunan. Oleh
karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan
pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat berpatisipasi dalam
pembangunan, maka setelah upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai
diperhatikan juga upaya pemerataan mutu pendidikan. Hal ini akan dibicarakan
pada butir tentang masalah mutu pendidikan.
Khusus pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang
berjenjang dan tiap-tiap jenjang memiliki fungsinya masing-masing maupun
kebijaksanaan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap jenjang itu diatur
dengan memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif serta relevansi
yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus menerus dengan saksama.
Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan penyediaan
memperoleh kesempatan pendidikan didasarkan atas pertimbangan faktor
kuantitatif, karena kepada seluruh warga Negara perlu di berikan bekal dasar
yang sama. Pada jenjang pendidikan menengah dan terutama pada jenjang
pendidikan yang tinggi, kebijakan pemertaan didasarkan atas pertimbangan
kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan anak, keperluan, tenaga kerja,
dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu, dan tekonologi. Agar
tercapai keseimbangan antara faktor minat dengan kesempatan
memperoleh pendidikan, perlu diadakan penerangan yang seluas-luasnya mengenai
bidang-bidang pekerjaan dan keahlian dan persyaratannya yang dibutuhkan dalam
pembangunan utamanya bagi bidang-bidang yang baru dan langka.
Perkembangan upaya pemerataan pendidikan berlangsung terus
menerus dari pelita ke pelita. Didalam Undang-Undang No.2 tahun 1989
tengtang sistem pendidikan nasional III tentang hak warga Negara untuk
memperoleh pendidikan, pasal 5 menyatakan: ”setiap warga Negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan”. Bahkan dalam pasal 7 mengenai hak telah
di tegaskan sebagai berikut: “penerimaan seorang peserta didik dalam suatu
satuan pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama,
suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap
mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan. Perkembangan iptek
menawarkan beraneka ragam alternatif model pendidikan yang dapat memperluas
pelayanan kesempatan belajar. Dilihat dari segi waktu belajarnya bervariasi
dari beberapa jam, hari, minggu, bulan, sampai tahunan, melalui proses tatap
muka sampai pada lingkungan alam yang dapat mendung.
4. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum
mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama
dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenagan terhadap calon
luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran tesebut terjun
kelapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen
tenaga dengan sistem tes unjuk kerja. Lazimnya masih dilakukan pelatihan dan
pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja
dilapangan, dan berkarya. Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada
kualitas keluaranya. Jika tujuan pendidikan nasioanl dijadikan kriteria, maka
pertanyaanya adalah: apakah keluaran dari sistem pendidikan menjadikan pribadi
yang bertakwa, mandiri, anggota masyarakat yang sosial yang bertanggung jawab.
Dengan kata lain keluaran ini mewujudkan diri sebagai manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya dan membangun lingkungannya. Kualitas
luaran seperti tersebut adalah nurturant effect. Meskipun disadari bahwa
hakikatnya produk dengan ciri-ciri seperti itu tidak semata-mata hasil dari
sistem pendidikan itu sendiri. Yang menjadi persoalan ialah bahwa cara
pengukuran mutu produk tersebut tidak mudah. Dan pada umumnya hanya dengan
mengasosiasikan dengan hasil belajar yang sering dikenal dengan EBTA atau hasil
sipenmaru.
Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai
melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal sangat
sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika tidak terjadi
belajar secara optimal akan menghasilkan skor hasil ujian yang baik maka hampir
dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu. Berarti pokok
permasalahan mutu pendidikan lebih terletah pada masalah pemprosesan
pendidikan. Selanjutnya kelancara pemprosesan pendidikan ditunjang oleh
komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana pembelajaran, dan juga masyarakat sekitar.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan
mutu, didalam Tap MPR RI tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat pembanguan
pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis
pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu
untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu lebih disempurnakan dan
ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. Umumnya
pendidikan di seluruh tanah air pada umumnya menunjukkan daerah pedesaan lebih
rendah dari daerah perkotaan.
5. Masalah Efisiensi Pendidikan
Pada hakikatnya masalah efisiensi adalah masalah pengelolaan
pendidikan, terutama dalam pemanfaatan dana dan sumber daya manusia. Efesiensi
artinya dengan menggunakan tenaga dan biaya sekecil-kecilnya dapat diperoleh
hasil yang sebesar-besarnya. Jadi, sistem pendidikan yang efesien ialah dengan
tenaga dan dana yang terbatas dapat di hasilkan sejumlah besar lulusan yang
berkualitas tinggi. Oleh sebab itu, keterpaduan pengelolaan pendidikan harus
tampak diantara semua unsur dan unit, baik antar sekolah negeri maupun swasta,
pendidikan sekolah maupun luar sekolah, antara lembaga dan unit jajaran
depertemen pendidikan dan kebudayaan.
Para ahli banyak mengatakan bahwa sistem pendidiakn sekarang
ini masih kurang efisien. Hal ini tampak dari banyaknya anak yang drop-out, banyak
anak yang belum dapat pelayanan pendidikan, banyak anak yang tinggal kelas, dan
kurang dapat pelayanan yang semestinya bagi anak-anak yang lemah maupun yang
luar biasa cerdas dan genius.
Oleh
karena itu, harus berusaha untuk menemukan cara agar pelaksanaan pendidikan
menjadi efisien. Masalah efisiensi
pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikn mendayagunakan sumber
daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan
tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi.
Beberapa
masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah:
a)
Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan
b)
Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan
c)
Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d)
Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan
pengembanagan tenaga kependidikan. Masalah pengangkatan terletak pada
kesenjanagn antara stok tenaga yang tesedia dengan jatah pengangkatan yang
sangat terbatas. Pada masa 5 tahun terakgir ini jatah pengangkatan setiap
tahunnya hanya sekitar 20 % dari kebutuhan tenaga lapangan. Sedangkan
persediaan tenaga siap di angkat lebih bear daripada kbutuhan di lapangan.
Dengan demikian berarti lebih dari 80% tenaga yang tersedia tidak segera
difungsikan. Ini terjadi kemubadziran yang terselubung, karena biaya investasi
pengadaan tenaga tidak segera terbayar kembali melalui pengabdian. Dan tenaga
kependidikan khususnya guru tidak disiapkan untk berwirausaha.
Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan
studi, sering mengalami kepincanagn, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan. Suatu sekolah menerima guru baru dalam bidang studi yang sudah cukup
atau bahkan sudah kelebihan, sedang guru bidang studi yang dibutuhkan tidak
diberikan karena terbatasnya jatah pengangkatan sehingga di tempatkan didaerah
sekolah-sekolah tertentu seorang guru bidang studi harus merangkap mengajarkan
bidang studi diluar kewenangannya, meskipun persediaan tenaga yang direncanakan
secara makro telah mencukupi kebutuhan, namun mengalami masalah penempatan
karena terbatasnya jumlah yang dapat diangkat dan sulitnya menjaring tenaga
kerja yang tesedia didaerah terpencil
Masalah pengembanagan tenaga kependidikan di lapangan
biasanya terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru.
Setiap pembaruan kurikulum menuntut adanya penyesuaian dari para pelaksana
lapangan. Dapat dikatakan umumnya penanganan pengembanagn tenaga pelaksana di
lapangan sangat lambat. Padahal proses pembekalan untuk dapat siap melaksanakan
kurikulum baru sangat memakan waktu. Akibatnya terjadi kesenjangan antara saat
di rencanakan berlakunya kurikulum dengan saat mulai dilaksanakan.dan
pendidikan berlangsung kurang efisien dan efektif.
6. Masalah Relevansi Pendidikan
Maslah relevensi adalah masalah yang timbul karena tidak
sesuainya sistem pendidikan dengan pembangunan nasional setara kebutuhan
perorangan, keluarga, dan masyarakat, baik dalam jangka pendek, maupun dalam
jangka panjang. Pendidikan merupakan faktor penunjang bagi pembangunan
ketahanan nasional. Oleh sebab itu, perlu keterpaduan di dalam perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan dengan pembangunan nasional tersebut. Sebagai contoh
pendidikan di sekolah harus di rencanakan berdasarkan kebutuhan nyata dalam
gerak pembangunan nasional, serta memperhatikan ciri-ciri ketenagaan yang di
perlukan sesuai dengan keadaan lingkungan di wilayah-wilayah lingkungan
tertentu.
Telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa tugas
pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Masalah
relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat
menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu
masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan
nasional.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor
pembangunan yang beraneka ragam seperti sektor produksi, sektor jasa. Baik dari
segi jumlah maupun dari segi kualitas. Jika sistem pendidikan menghasilkan
luaran yang dapat mengisi semua sektor pembangunan baik yang aktual maupun yang
potensial dengan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja,
maka relevansi pendidikan dianggap tinggi. Sebenarnya kriteria relevansi
seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan
kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang pekerjaan yang ada
antara lain sebagai berikut:
a. Status lembaga pendidikan sendiri
masih bermacam-macam kualitasnya.
b. Sistem pendidikan tidak pernah
menghasilkan luaran siap pakai. Yang ada ialah siap kembang.
c. Peta kebutuhan tenaga kerja dengan
persyaratannya yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga
pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.
Dari
keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika
pendidikan:
a. Dapat menyediakan kesempatan
pemerataan belajar, artinya semua warga Negara yang butuh pendidikan dapat
ditampung daalm suatu satuan pendidikan.
b. Dapat mencapai hasil yang bermutu
artinya: perencanaan, pemprosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan.
c. Dapat terlaksana secara efisien
artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis
dalam rancangan.
d. Produknya yang bermutu tersebut
relevan, artinya: hasil pendiidkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
pembangunan.
Pada dasarnya pembangunan dibidang pendidikan tentu
menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu
sekaligus. Ada dua faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa
pendidikan yang bermutu belum dapat diusahakan pada saat demikian, yaitu:
Pertama: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan
kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan
dana dan daya.
Kedua:
kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya
peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan
tenaga pendidik yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang
tidak memadai.
Meskipun
demikian pemerataan pendidiakn tidak dapat diabaikan karena upaya tersebut,
terutama pada saat suatu bangsa sedang memulai membangun mempunyai tujuan
ganda, yaitu disamping tujuan politis juga tujuan pembanguan yaitu memberikan
bekal dasar kepada warga Negara agar dapat menerima informasi dan memiliki
pengetahuan dasar untuk mengembangkan diri sehingga dapat perpatisipasi dalam
pembanguanan. Dalam uraian tersebut tampak bahwa masalah pemerataan berkaitan
erat dengan masalah mutu pendidikan. Bertolak dari gambaran tersebut terlihat
juga kaitannya dengan masalah efisiensi. Karena kondisi pelaksanaan pendidikan
tidak sempurna, maka dengan sendirinya pelaksanaan pendidikan dan khususnya
proses pembelajaran berlangsung tidak efisien. Hasil pendidikan belum dapat
diharapkan relevan dengan kebutuhan masyarakat pembangunan, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
2.2. 3 Solusi Pemecahan Problematika
Pendidikan di Indonesia
1. Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan masalah
yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah ditempuh
melalui cara konvesional dan cara inovatif.
Cara
konvesional antara lain:
a)
Membangun
gedung sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar.
b)
Menggunakan
gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore). Sehubungan
dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah
membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.
Cara
Inovatif antara lain:
Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan
guru) atau inpact sistem, sistem tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan
ke beberapa provinsi.
a)
SD
kecil pada daerah terpencil
b)
Sistem
guru kunjung
c)
SMP
terbuka
d)
Kejar
paket A dan b
e)
Belajar
jarak jauh, seperti di universitas terbuka.
2. Solusi Masalah Mutu, Efisiensi dan
Relevansi Pendidikan
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing
memiliki kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendiidkan
bersasaran pada perbaikkan kualitas komponen pendidikan serta mobilitas
komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat
meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar peserta didik,
dan menghasilkan hasil pendidikan. Upaya pemecahan masalah masalah mutu
pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik
dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai berikut:
a)
Seleksi
yanglebih rasional terhadap masukan mentah, khususnay untuk Slta dan PT.
b)
Pengembanagn
kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
c)
Penyempurnaaan
kurikulum
d)
Pengembanagan
prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar
e)
Penyempurnaan
sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran
f)
Peniungkatan
adminisrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran
g)
Kegiatan
pengendalian mutu.
2.2. 4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Berkembangnya Masalah Pendidikan
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah diutarakan
diatas merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang
berlangsung di dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut
berkaitan dengan masalah makro pembangunan, yaitu masalah di luar sistem pendidikan,
sehingga harus diperhitungkan dalam memecahkan masalah mikro pendidikan.
Masalah makro ini meliputi masalah perkembangan internasional, masalah
demografi, masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta masalah
perkembangan regional. Masalah-masalah makro yang merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
1. Perkembangan Iptek Dan Seni
a.
Perkembangan
Iptek
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dan iptek
(ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi
secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta , dan teknologi adalah
penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat. Sebagai contoh hubungan antara pendidikan dan iptek, misalnya
sering suatu teknologi baru yang digunakan suatu proses produksi menimbulkan
kondisi ekonomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan kerj, dan mungkin
juga penguraian jumlahtenaga kerja atau jam kerja, kebutuhan bahan-bahan baru, sistem
pelayanan baru, sampai pada berkembangnya gaya hidup baru, kondisi tersebut
minimal bisa mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya, bahkan
mungkin rumusan baru tunjangan pendidikan, otomatis juga sarana sarana
penunjangnya seperti sarana laboratorium dan ketenangan. Semua perubahan
tersebut tentu juga membaw masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit
memakan biaya. Contoh di atas memberikan gambaran pengaruh tidak langsung iptek
terhadap sistem pendidikan. Di samping pengaruh tidak langsung juga banyak
pengaruh yang langsung dalam sistem pendidikan dalam bentuk berbagai macam
inovasi atau pembaruan dengan aksentuasi tujuan yang bermacam-macam pula. Ada
yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan guru dan gedung sekolah seperti
sistem Pamong dan SMP terbuka, pengadaan guru relatif cepat seperti dengan
program diploma, perlindungan terhadap profesi guru seperti program akta
mengajar.
Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama, karena
belum ada jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kedua, pada
dasarnya orang merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru. Masalahnya ialah
bagaimana cara memperkenalkan suatu inovasi agar orang menerimanya. Setiap
inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita,
dan prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik pelaksanaannya).
b1.
Perkembangan
Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara
individual ataupun kelompok yang menghasilkan sesuatu yamg indah. Melalui
kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat
orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan.
Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya,
aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan
dominan afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan
disamping domain kognitif yang sudah digarap melalui program /bidang studi yang
lain. Dilihat dari segi lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya
telah mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan
masyarakat.[14]
2. Laju Pertumbuhan Penduduk.
Masalah
kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
1. Pertambahan Penduduk.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka penyediaan
prasarana dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya
pendidikan harus di tambah. Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi
bertambah.
Pertumbuhan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia
rata-rata dan penurunan angka kematian, mengakibatkan berubahnya struktur
kependudukan, yaitu proporsi penduduk usia sekolah dasar menurun, sedangkan
proporsi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan kerja, dan penduduk usia tua
meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan demikian terjadi
pergesaran permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan
cenderung lebih meningkat dibanding dengan permintaan akan fasilitas sekolah
dasar. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjutan keperguruan tinggi
juga meningkat, khusus untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat perlu
disediakan pendidikan non formal.
2. Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak
merata. Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah
yang penduduknya jarang yaitu daerah pedalaman khususnya di daerah terpencil
yangberlokasi di pegunungan dan di pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti
digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan.
Sebagai contoh adalah dibangunya SD kecil untuk melayani kebutuhan akan
pendidikan di daerah terpencil pada pelita V, di samping SD yang reguler. Belum
lagi kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru.
3. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam
banyak hal meningkat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang
sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan
aspirasi terhadap pendidikan. Pendidikan dianggap memberi jaminan bagi
peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga sosial. Gejala yang timbul
ialah membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi
meningkat. Di kota-kota , di samping pendidikan formal mulai bermunculan
beraneka ragam pendidikan nonformal. Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara
lain ialah seleksi penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan
menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa perkelas melebihi yang
semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak , diadakannya kesempatan
belajar bergilir pagi dan sore dengan pengurangan jam belajar, kurang sarana
belajar, kekurangan guru, dan seterusnya. Keterbelakangan budaya adalah istilah
yang diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju)
kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya . bagi masyarakat pendukung
budaya, kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik.
4. Keterbelakangan Budaya Dan Sarana
Kehidupan.
Keterbelakangan budaya adalah istilah yang diberikan oleh
sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat
lain pendukung suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya
pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Sesungguhnya tidak ada
kebudayaan yang secara mutlak statis, apalagi mandeg, tidak mengalami
perubahan. Sekurang-kurangnya bagian unsur-unsurnya yang berubah jika tidak
seluruhnya secara utuh. Perubahan kebudayaan terjadi karena ada penemuan baru
dari luar maupun dari dalam lingkungan masyarakat sendiri. Kebudayaan baru itu
baik bersifat material seoerti peralatan-peralatan pertanian, rumah tangga,
transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat non matreial seperti paham atau
konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung, penghargaan terhadap
waktu, dan lain-lain. Keterbelakangan budaya terjadi karena:
a)
Letak
geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misal terpencil)
b)
Penolakan
masyarakat terhadap datangnya unsur budata baru karena tidak dipahami atau
karena dikhawatirkan akan merusak sendik masyarakat.
c)
Ketidakmampuan
masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
Sehubungan
dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami oleh:
a)
Masyarakat
daerah terpencil.
b)
Masyarakat
yang tidak mampu secara ekonomis.
c)
Masyarakat
yang kurang terdidik.
Yang menjadi masalah ialah bahwa
kelompok masyarakat yang terbelakang budayanya tidak ikut berperan serta dalam
pembangunanmsebab mereka kurang memiliki dorongan untuk maju. Jadi inti
permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan bagaimana
cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat
melibatkan mereka. Jika sistem pendidikan dapat menggapai masyarakat
terbelakang kebudayaanya berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam
pembangunan
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
1. Pendidikan
adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan
positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang, dan pendidikan nasional
Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pembangunan
nasional Indonesia.
2. Problematika adalah berasal dari
akar kata bahasa Inggris “problem” artinya, soal, masalah atau teka-teki. Juga
berarti problematik, yaitu ketidak tentuan.
3. Beberapa masalah internal pendidikan
yang dihadapi, antara lain sebagai berikut.
a1.
Rendahnya
pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik
yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan.
b2.
Rendahnya
mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA), matematika,
serta bahasa terutama bahasa inggris padahal penguasaan materi tersebut
merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan iptek.
c3.
Rendahnya
efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui waktu standart yang
sudah ditentukan.
d4. Rendahnya
efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi pendidikan,
yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus
meningkat. Secara empiris kecenderungan meningkatnya pengangguran tenaga
terdidik disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang masih di dominasi oleh
pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan efisiensi
(padat modal dan padat teknologi). Dengan demikian pertambahan kebutuhan akan
tenaga kerja jauh lebuh kecil dibandingkan pertambahan jumlah lulusan lembaga
pendidikan.
e5.
Terjadi
kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya tanggung
jawab dan kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran pelajar dan
kenakalan remaja. Dalam hal ini pendidikan agama menjadi sangat penting menjadi
landasan akhlak dan moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan kepada
peserta didik sejak dini.
4. Solusi
Pemecahan Problematika Pendidikan di Indonesia
a1.
Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan
b2.
Solusi Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi
Pendidikan
5. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
a1.
Perkembangan
Iptek Dan Seni,
dan
b2.
Laju
Pertumbuhan
3.2 Saran
Dalam
pembuatan tugas ini penulis telah mencoba memberikan hasil analisa dan
pemikiran penulis dengan sebaik mugkin. Namun tentu saja tugas ini masih banyak
terdapat kekurangan yang tak luput dari perhatian penulis, baik dari struktur
penulisan maupun kelengkapan informasi yang terdapat didalamnya. Untuk itu
penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang dapat membangun guna untuk
memenuhi kesempurnaan tugas ini. Penulis juga mengharapkan semoga tulisan ini
dapat menjadi acuan bagi tugas-tugas berikutnya dan menjadi salah satu
referensi yang bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA