Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Rabu, 26 Juni 2013

TUGAS-TUGAS PRAGMATIK



Tugas dan Latihan
1.      Buatlah pembagian tindak ilokusi berdasarkan fungsinya!
2.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan fungsi kompetitif!
3.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan fungsi konvivial!
4.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan fungsi kolaboratif!
5.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan fungsi konfliktif !
6.      Buatlh kategori tindak ilokusi menurut Searle!
7.      Jelaskan apa yang disebut tindak ilokusi asertif!
8.      Jelaskan apa yang disebut tindak ilokusi direktif!
9.      Jelaskan apa yang disebut tindak ilokusi komisif!
10.  Jelaskan apa yang disebut tindak ilokusi ekspresif!
11.  Jelaskan apa yang disebut tindak ilokusi deklaratif!
12.  Jelaskan apa yang disebut tindak ilokusi impositif!
13.  Kesopansantunan bersifat asimetris. Apa maksudnya? Berikan beberapa contoh praktis!
14.  Apakah yang disebut paradoks pragmatik? Jelaskan dan berikan contoh!
15.  Terdapat korelasi yang jelas antara kategori-kategori tingkat sintaktik, semantik, dan pragmatik. Jelaskan dan berikan contoh!
16.  Sebutkan tiga jenis skala pragmatic dan jelaskan pengertiannya satu persatu!
17.  Kekuatan-kekuatan apakah yang terkandung dalam strategi sindiran?
18.  Apa benar sikap terlalu sopan dapat berarti tidak sopan dalam kehidupan sehari-hari? Jelaskan !

1.      Tindak Ilokusi Berdasarkan Fungsinya yaitu :
Jawab :


 















Gambar : Kategori tindak Ilokusi menuru Searle

2.      Fungsi kompetitif adalah fungsi tindak ilokusi yang bertujuan untuk bersaing dengan tujuan sosial. Misalnya, memerintah, meminta, menuntut, mengemis.
Contohnya : Saya akan menuntut Anda dengan kasus Pencemaran nama baik!.
3.      Fungsi convivial (menyenangkan) adalah fungsi tindak ilokusi yang sejalan dengan tujuan sosial. Misalnya, menawarkan, mengajak, mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat.
Contoh : Selamat, semoga kamu bisa membina keluarga yang sakinah, mawaddah, dan   warohmah.

4.      Fungsi kolaboratif (bekerja sama) adalah fungsi tindak ilokusi yang tidak menghiraukan tujuan sosial. Misalnya, menyatakan, melapor, mengumumkan dan mengajarkan.
Contoh : Kemarin saya ulang tahun yang ke- 21.

5.      Fungsi konfliktif (bertentangan) adalah fungsi tindak ilokusi yang tujuannya bertentangan dengan tujuan sosial. Misalnya, mengancam, menuduh, menyumpah, dan memarahi.
Contoh : Bagaimana ini? Begitu saja kamu tidak bisa mengurus anak kecil.

6.      Kategori tindak ilokusi menurut Searle adalah sebagai berikut :
a.       Asertif
b.      Direktif
c.       Komisif
d.      Ekspresif
e.       Deklaratif

7.      Tindak ilokusi asertif adalah tindak ilokusi dimana penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Misalnya, menyatakan, mengusulkan, membuat, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan. Dari segi sopan santun ilokusi ini cenderung netral yakni termasuk kategori bekerja sama.
Contoh : 
-          Hari ini Panas sekali
-          Dingin sekali ruangan ini

8.      Tindak ilokusi direktif adalah tindak ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur. Misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, dan memberi nasihat. Jenis ilokusi ini sering dimasukkan ke dalam kategori kompetitif karena juga mencakup kategori-kategori ilokusi yang membutuhkan sopan santun negatif namun dipihak lain terdapat juga ilokusi direktif (seperti mengundang) yang secara intrinsik memang sopan.
Contoh :
-          Tolong buatkan saya the manis.
-          Bantu saya mengangkat barang belanjaan ini.
-          Silahkan masuk!
-          Sepertinya kamu harus mengerjakan PR kamu dengan selesai untuk dikumpulkan besok.
-          Tolong, ambilkan makan untuk suami saya.

9.      Tindak ilokusi komisif adalah tindak ilokusi yang mana penuturnya sedikit banyak terikat pada suatu tindakan di masa depan. Misalnya, menjanjikan, menawarkan,. Jenis ilokusi ini menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif karena tidak mengacu pada kepentingan penutur, tetapi pada kepentingan penutur (mitra tutur).
Contoh :
-          Kalau lowongan kerja , akan saya beritahu.
-          Saya akan bantu kamu nanti.

10.  Tindak ilokusi ekspresif adalah tindak ilokusi yang mengungkapkan atu mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang bersifat dengan ilokusi. Misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, member maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawan. Secara intrinsik ilokusi ini sopan kecuali tentunya ilokusi-ilokusi ekspresif seperti “mengencam” dan “menuduh”.
Contoh :
-          Lukisannya bagus sekali.
-          Aku belum pernah sesedih ini mendengarkan ceritamu.
-          Mahasiswa itu manis sekali.
-          Makanan itu benar-benar lezat.
-          Hidung anak itu mancung seperti orang India.
11.  Tindak ilokusi deklarasi adalah tindak ilokusi yang akan berhasil pelaksanaannya apabila mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas. Misalnya, mengundurkan diri, membaptis, memecat, memberi norma, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang dan mengangkat.
Contoh :
-          Dengan ini saya nyatakan kamu lulus ujian (kata-kata tersebut mengubah status seseorang dari keadaan belum lulus ujian menjadi lulus ujian).
-          Saya akan membuat kamu menyesal seumur hidup ( kata-kata ini akan membuat seseorang ketakutan atas ucapan si penutur).
-          Saya akan menjadikan kamu karyawan tetap di sini ( kata-kata ini mengubah status si pendengar naik pangkat oleh deklarasi atasannya atau si penutur).

12.  Tindak ilokusi impositif adalah tindak ilokusi yang disebut juga dengan tindak tutur direktif.

13.  Kesopansantunan bersifat asimetris adalah kesopansantunan yang terjadi pada pihak pendengar atau penyimak terhadap ungkapan-ungkapan ujaran yang menerangkan sesuatu hal yang bersifat asimetris(tegas) terhadap konsekuensi-konsekuensi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh ungkapan kesopansantunan secara langsung yaitu :
-          Tidak dapatkah anda diam sebentar!
-          Anak itu pasti akan tutup mulut untuk masalah yang satu ini.

14.  Paradoks pragmatik adalah suatu atribusi sikap yang bertentangan pada para partisipan dalam suatu dialog.
Contoh : a dan b = dua orang partisipan, A = suatu tindakan yang a mau lakukan kepada b. misalnya a mengadakan penawaran sebagai berikut :

  “Mari saya antarkan antarkan ibu ke rumah Pak RT.


Analisisnya :
1.      Suatu tawaran diberikan oleh a (pengujar).
(a)    a memenuhi prinsip sopan santun (biasa)
(b)   A menyenangkan B
OLEH KARENA ITU
(c)    a ( Secara sopan ) melibatkan (dari a dan b dan PS).
2.      B menolak tawaran uang diberikan oleh a
(d)   b mematuhi PK  (biasa)
(e)    A tidak menyenangkan bagi a (biasa)
OLEH KARENA ITU
(f)    b (secara sopan) melibatkan
‘b tidak menginginkan A terjadi (dari d,e,dan PS).

15.  Pembedaan antara kategori-kategori pada tingkat sintaktik, semantik, dan pragmatik.
Sintaktik :                   deklaratif                       interogatif                       imperative
                        
                                                                                                                       

Semantik :                   proposisi                       pertanyaan                       perintah


 




Pragmatik :                   asersi                             ‘bertanya’                        impositis

Gambar : Korelasi antara kategori-kategori tingkat sintaksis, semantik, dan pragmatik.
           Dari tabel di atas kesimpulan bahwa pngertian kalimat deklaratif, kalimat introgatif, dan kalimat imperative adalah proposisi pertanyaan dan perintah. Mata rantai antara kategori sematik dan pragmatik belum begitu jelas seperti yang telah dapat kita lihat bahwa proposisi atau suatu pertanyaan dapat memiliki kekuatan suatu impositif, dan( secara lebih umum lagi) bahwa siasat-siasat ketidaklangsungan menjamin bahwa setiap tipe semantik dapat dicocokkan atau dijodohkan dengan aneka tipe pragmatik. Khusus bagi isilah-istilah ‘asersi; (assertion) dan ‘bertanya; (asking) perlu diberi batasan yang tegas seperti berikut ini :
Assertion : suatu ucapan yang tujuan ilokusinya adalah menyebabkan penyimak menyadari bahwa ( Y ).
Asking : suatu ucapan yang tujuan ilokusinya membuat penyimak menyebabkan pembicara mnyadari bahwa (Y).
Catatan : (Y) adalah beberapa proposisi.
16.  Tiga jenis skala pragmatik
a.       Skala Untung Rugi, di mana diperkirakan untung rugi dari penawaran tindakan A bagi pembicara atau penyimak.
b.      Skala Kefakultatifan,  di mana lokusi-lokusi diurutkan sesuai dengan jumlah pilihan yang diizinkan oleh pembicara kepada penyimak.
c.       Skala Ketaklangsungan, di mana dari sudut pendangan pembicara, ilokusi-ilokusi diurutkan berdasarkan panjangnya jarak (dalam hubungannya dengan analsis sarana tujuan) yang menghubungkan tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi.

17.  Kekuatan yang terkandung dalam strategi sindiran adalah dengan memperlihatkan pemberian pilihan kepada penyimak, sehingga pembicara kelihatan memperbesar atau meningkatkan keseimbangan penghargaan atau credit balance yang menyenangkan baginya.

18.  Iya, karena sikap terlalu sopan dapat menjadi tidak sopan dalam kehidupan sehari-hari karena si pembicara telah membuat suatu pengaruh terhadap sikap yang merendahkan diri sehingga sikap sopan dapat menjadi tidak sopan dalam melakukan dan berbicara tentang sesuatu hal. 



BAGAN PRINSIP KERJASAMA DAN PRINSIP KESOPANAN

 


A. DEFINISI KONSEP TEORI PRINSIP KERJASAMA DAN PRINSIP  KESOPANAN
PRINSIP KERJASAMA
1.  Maksim Kuantitas
            Dalam pertuturan setiap peserta percakapan diharuskan untuk memberi sumbangan informasi yang dibutuhkan saja, dan jangan memberikan sumbangan yang lebih informatif daripada yang diperlukan. Misalnya penutur yang wajar tentu akan memilih tuturan (1) dibanding dengan tuturan (2) :
(1)   Orang kaya itu seorang donator tetap di panti asuhan Asyuhada
(2)   Orang yang memiliki harta berlimpah itu seorang donator tetap di panti asuhan  Asyuhada
Tuturan 1 dianggap lebih efektif dan efisien, serta mengandung nilai kebenaran (truth value). Setiap orang tentu paham bahwa orang kaya pasti memiliki harta yang berlimpah. Dengan demikian elemen tidak dapat melihat dalam tuturan (2) dianggap berlebihan. Adanya elemen yang tidak dapat melihat dalam (2) dianggap bertentangan dengan maksim kuantitas karena hanya menambahkan hal-hal yang sudah jelas dan tidak perlu diterangkan lagi.
2. Maksim Kualitas
Maksim ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memberikan sumbangan informasi yang benar. Dengan kata lain baik penutur maupun mitra tutur tidak mengatakan apa-apa yang dianggap salah, dan setiap kontribusi percakapan hendaknya didukung oleh bukti yang memadai. Apabila dalam suatu pertuturan ada peserta tutur yang tidak mempunyai bukti yang memadai mungkin ada alasan-alasan tertentu yang mendasarinya.
Perhatikan tuturan (1) berikut ini
(1) A : Ada berapa tindak tutur  menurut pendapat Austin?
B :  Menurut pendapat Austin yang saya baca, ada tiga macam tindak tutur.
A :  Tindak Tutur apa sajakah itu ?
B :  Tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi dan  tindak tutur perlokusi.
Pada contoh di atas, (B ) memberi sumbangan informasi yang benar, bahwa menurut  pendapat Austin yang dia baca ada tiga macam tindak tutur, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.
3. Maksim Relevansi (Hubungan)
Maksim ini mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.
Perhatikan contoh (1) berikut ini :
(1) + Pak ada tawuran pelajar SMA dan SMP di depan swalayan Az-zuhara
      -  Ya memang apa hadiahnya?
Dialog di atas adalah percakapan seorang ayah dengan anaknya. Bila sang ayah sebagai peserta percakapan yang kooperatif, maka tidak selayaknya ia mempersamakan peristiwa tawuran yang dilihat anaknya dengan sebuah pertandingan atau kejuaraan. Di dalam tawuran tidak ada yang menang, dan tidak ada pula yang akan menerima hadiah. Semua pihak akan mendapatkan kerugian, bahkan ada adal kemungkinan salah seorang atau kedua pihak meninggal dunia akibat tawuran tersebut.
(2)  + Dian, ada teman yang mencarimu.
       - Dian  lagi mandi, Ma.
(3)  + Masak sambal apa hari ini, Ma.
       - Sambal gulai ayam di Kulkas.
Jawaban tuturan (-) pada (2) dan (3) di atas sepintas tidak berhubungan, tetapi bila dicermati, hubungan implikasionalnya dapat diterangkan. Jawaban (-) pada (2) mengimplikasikan bahwa saat itu dia tidak dapat menemui temannya yang datang secara langsung. Ia secara tidak langsung menyuruh atau minta tolong agar ibunya menyuruh temannya menunggu sebentar. 
Demikian pula kontribusi (-) pada (3) memang tidak secara eksplisit menjawab pertanyaan (+). Akan tetapi, dengan meberitahukan samabal gulai ayam masih ada di kulkas, tokoh (+) dalam (3) dapat membuat inferensi masak sambal apa hari ini. Dalam (3) terlihat penutur dan lawan tutur memiliki asumsi yang sama sehingga hanya dengan mengatakan sambal gulai ayam di kulkas tokoh (+) sudah merasa terjawab pertanyaannya.
4. Maksim Pelaksanaan (Cara)
Dengan maksim ini, para peserta pertuturan diharapkan untuk berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa dan tidak berlebih-lebihan  serta runtut. Dalam wacana tuturan sehari-hari sering dapat dijumpai seorang penutur yang dengan sengaja tidak mengindahkan maksim ini.
Contoh 1:
(+) “Ayo, cepat di makan!”
(-) “Sebentar dulu, masih panas.”
Tuturan si penutur (+) yang berbunyi “Ayo, cepat di makan!” sama sekali tidak memberikan kejelasan tentang apa yang sebenarnya diminta oleh si mitra tutur. Kata dimakan dalam tuturan di atas mengandung kadar ketaksaan dan kekaburan sangat tinggi. Oleh karenya, maknanya pun menjadi sangat kabur. Dapat dikatakan demikian, karena kata itu dimungkinkan untuk ditafsirkan bermacam-macam.
Demikian pula tuturan yang disampaikan si mitra tutur (-), yakni “Sebentar dulu, masih panas.” Mengandung kadar ketaksaan cukup tinggi. Kata panas  pada tuturan itu dapat mendatangkan banyak kemungkinan persepsi penafsiran karena di dalam tuturan itu tidak jelas apa senbenarnya yang masi panas itu. tuturan-tuturan demikian itu dapat dikatakan melanggar prinsip kerjasama karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan dalam Prinsip Kerja Sama Grice.

PRINSIP KESOPANAN
1.  Maksim Kerjasama
Maksim kearifan memiliki konsep “ Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.”
 Contoh 1:
Mama : Susi jusnya mau lagi?
Susi : Nanti saja Ma, aku buat sendiri.
Mama : Ya sudah, jangan sampai kemanisan ya?

Wacana di atas mengandung makna, bahwa Susi adalah anak berusia 10 tahun yang sedang makan sambil nonton TV. Ketika ibunya menawari Jus, Susi menjawab “Nanti saja ma, aku buat sendiri.” Sebenarnya dari pertanyaan mamanya, Susi seharusnya menjawab “ya” atau “tidak”. Hal ini menunjukkan bahwa wacana di atas mengandung maksim kearifan karena Susi tidak ingin mamanya repot.

Pelanggaran maksim kearifan.
 Contoh 2
Ani : Aku sudah selesai makan, kamu mau makan sekarang ?
Ina : Ambilkan piring dong !

Wacana di atas melanggar konsep maksim kearifan. Karena Ani menawari Ina untuk makan, berhubung Ani sudah duduk di kursi meja makan, maka Ina merepotkan Ani dengan menyuruhnya mengambilkan piring.

2. Maksim Kedermawanan
Konsep maksim kedermawanan “Buatlah keuntungan sendiri sekecil mungkin dan buatlah kerugian sendiri sebesar mungkin.”
Contoh 1:
Ani : Ina, aku sudah selesai sarapan.
Sinta : Aku sarapan  dulu ya, aku harus buru-buru ke kantor.
Ina : Ya sudah kamu makan duluan.
Sinta : Aduh, nasinya tumpah.
Ina : Biarkan saja nanti aku bersihkan.

Wacana di atas menunjukkan bahwa Ina selain menerapkan konsep maksim kearifan juga menerapkan maksim kedermawanan. Ketaatan terhadap maksim kearifan biasanya selalu sejalan maksim kedermawanan. Konsep kearifan agar kerugian orang lain sekecil mungkin, sedangkan konsep kedermawanan adalah agar keuntungan diri sendiri sekecil mungkin.

Pelanggaran terhadap konsep maksim tutur berarti menerapkan “Membuat keuntungan sendiri sebesar mungkin, membuat kerugian orang lain sebesar mungkin.
Contoh  2
A : Bu RT, boleh minta mangganya lagi ?
B : Buahnya belum masak!

Contoh di atas mengandung konteks, bahwa si A sebelumnya diperbolehkan untuk mengmabil buah mangga di rumah Buk RT, namun karena si A telah menyebabkan halaman rumah Buk RT kotor karena daun mangga berguguran, maka pada hari berikutnya ketika si A ingin meminta buah mangga lagi, Buk RT tidak mengizinkan dengan mengatakan buahnya belum masak. Hal ini jelas Buk RT melanggar maksim kedermawanan.

3. Maksim Permufakatan
Maksim permufakatan seringkali disebut dengan maksim kecocokan. Di dalam maksim ini, ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat dikatakan bersikap santun. Di dalam maksim permufakatan menghendaki bahwa agar permufakatan antara diri sendiri dengan orang lain terjadi sesedikit mungkin dan permufakatan terjadi sebanyak mungkin.
Contoh 1
Ibu : Ani, sepedahnya dimasukkan ke garasi!
Ani : Nanti Ani mau pakai keluar lagi kok Bu!
Dari wacana di atas memilki konteks bahwa Ani tidak sepakat dengan Ibunya ketika ibunya memintanya untuk memasukkan sepeda ke garasi. Namun Ani tidak mengatakan “Tidak mau Bu!”, ia mengatakan “ Nanti Ani mau pakai keluar lagi kok Bu!”, ini menandakan Ani masih berusaha mengurangi ketidaksepakatan yang terjadi antara dia dengan ibunya. Hal ini berarti Ani telah menaati maksim permufakatan.

Mengenai pelanggaran maksim kesepakatan berarti berekebalikan dengan konsep yang dijelaskan di atas.
Contoh 2
Santi : Sin, tugas makalah Filsafat Bahasa kelompok kita sudah kamu ketik ?
Sinta : Aku ngantuk San!
Contoh di atas Sinta melenggar prinsip kesantunan maksim kesepakatan.

4. Maksim Simpati
Dalam maksim simpati menganjurkan agar partisipan interaksi mengurangi rasa antipati antara diri dan orang lain sebanyak mungkin dan meningkatkan rasa simpati diri terhadap orang lain setinggi mungkin.
 Contoh 1:
Ali : Tadi siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
Najib : Apakah dia baik-baik saja sekarang? Kalau dia butuh obat merah aku punya di lemari.
Tuturan Najib di atas dapat kita simpulkan bahwa dia menaati maksim simpati.

Sementara pelanggaran maksim simpati mempunyai konsep yang berlawanan dengan konsep di atas, yakni meningkatkan rasa antipati dan mengurangi rasa simpati terhadap orang lain.
Contoh 2
Ali : Tadi siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
Najib : Biar kapok, siapa suruh naik sepeda ngebut.
Contoh tersebut secara jelas Najib telah melanggar prinsip kesopanan maksim simpati.



5. Maksim Kebijaksanaan
                        Maksim ini diungkapkan dengan tuturan imposif dan komisif. Maksim ini menggariskan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain, arau memaksimalkan keuntungn bagi orang lain.
Contoh 1
(1)  Jemput saya sekolah!                                                                    ( Tidak Sopan)
(2)  Jemputlah saya ke sekolah!
(3) Silakan (kamu) menghadiri  acara pameran lukisan saya.
(4) Sudilah kiranya kamu menghadiri acara pameran lukisan saya
(5) Kalau tidak keberatan, bisakah (anda) menghadiri acara pameran lukisan saya.  ( Sopan)
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya. Demikina pula tuturan yang diutarakan secara tidak langsung lazimnya lebih sopan dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung. Memerintah dengan kalimat berita atau kalimat tanya dipandang lebih sopan dibandingkan denga kalimat perintah.
Apabila dalam berbicara penutur berusaha memaksimalkan keuntungan orang lain, maka lawan bicara wajib pula memaksimalkan kerugian dirinya, bukan sebaliknya.
Contoh 2
(a)  + Mari saya antarkan Ibu ke rumah Pak Kades
       -  Tidak perlu, saya tidak butuh bantuan kamu.
(b)  + Mari saya antarkan Ibu ke rumah Pak Kades
       -  Terima kasih. Kamu benar-benar anak baik.

6 . Maksim Penerimaan
Maksim penerimaan diutarakan dengan kalimat komisif dan imposif. Maksim ini mewajibkan setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri.
Contoh 1
(1) Kamu harus membantu saya mengerjakan PR matematika.
(2) Saya akan membantu kamu mengerjakan PR matematika
(3) Saya akan datang ke rumahmu untuk makan malam gratis.
(4) Saya akan mentraktirkanmu di Café Solaria untuk makan malam bersama.
Tuturan pada (2) dan (4) dirasa kurang sopan karena penutur berusaha memaksimalkan keuntungan dirinya dengan menyusahkan orang lain. Sebaliknya pada tuturan (1) dan (3) penutur berusaha memaksimalkan kerugian orang lain dengan memaksimalkan kerugian diri sendiri.
7  Maksim Kemurahan
                        Maksim kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain.
Contoh :
(1) + Penampilanmu sungguh luar biasa.
      -  Tidak, biasa-biasa saja kok.
(2) + Pertunjukkan pameran anda sanagt menakjubkan. 
                  - Iya donk, siapa dulu pemiliknya.
Tuturan (+) dalam (1) dan (2) bersikap sopan karena berusaha memaksimalkan keuntungan (-) lawan tuturnya. Lawan tuturnya (-) dalam (1) menerapkan paradoks yang berusaha meminimalkan penghargaan diri sendiri, sedangkan (-) dalam (2) melanngar paradoks yang berusaha memaksimalkan keuntungan diri sendiri. Jadi, (-) dalam (2) tidak  sopan.
8 Maksim Kerendahan Hati
Maksim kerendahan hati menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Contoh :
(1) + Cantik sekali gadis itu.
      -  Iya, gadis itu memang cantik.
(2) + Kau sangat pintar
      - Ya, saya memang pintar.
Pada tuturan (1) mematuhi prinsip kesopanan karena (+) memuji kelebihan pihak lain, dan respon yang diberikan (-) memuji oarng lain yang dibicarakan itu. Tuturan (2) memiliki bagian yang melanggar maksim kesopanan. Tuturan (-) dalam (2) tidak mematuhi maksim kesopanan karena memaksimalkan rasa hormat kepada diri sendiri.
9.  Maksim kecocokan
Maksim kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk mamaksimalkan kecocokan di antara mereka. Untuk jelasnya dapat diperhatikan contoh berikut :
(1) + Kuliah jurusan Bahasa Indonesia susah sekali ya?
      - Iya susah.
(2) + Kuliah Jurusan Bahasa Indonesia susah sekali ya?
      - Enggak juga, Mudah kok.
Kontribusi  tuturan (-) dalam (1) lebih sopan dibandingkan dengan dalam (2) karena dalam (2) (-) memaksimalkan ketidakcocokannya dengan pernyataan (+). Dalam hal ini berarti orang harus senantiasa setuju dengan pendapat atau pernyataan lawan tuturnya. Dalam hal ini ia tidak menyetujui apa yang dinyatakan oleh lawan tuturnya ia dapat membuat pernyataan yang mengandung ketidaksetujuan atau ketidakcocokan partial.
10.  Maksim Kesimpatian (Simpati)
Maksim kesimpatian mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipasti kepada lawan tuturnya. Jika lawan tuturnya mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapatkan kesusuhan atau musibah penutur layak turut berduka, atau mengutarakan ucapa bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian.
Contoh :
(1) + Aku lolos PBUD, Din.
      - Selamat, ya!
(2) + Ayah beberapa hari ini akan pergi ke luar kota
     -  Sudahlah jangan bersedih, kan masih ada ibumu.
Pada tututan (1) dan (2) sopan karena penutur mematuhi maksim kesimpatian, yakni mamaksimalkan rasa simpati kepada lawan tuturnya yang mendapatkan kebahagiaan.
Berbeda dengan (1) dan (2) , (1) dan (2) berikut tidak mematuhi maksim kesimpatian karena tuturan (-) memaksimalkan rasa antipasti terhadap kegagalan atau kedudukan yang menimpa (+).
(1) + Aku gagal masuk UNP
     -  aku senang sekali. Selamat, ya!
(2) + Ibu beberapa hari ini tidak ada di rumah,
     _ Bagus donk kalu begitu.
Dengan penjelasan yang sama, (3) dan (4)  lebih sopan dibandingkan dengan (1) dan (2).
(3) + Aku gagal di STIKES Maha Ratu.
      - Jangan bersedih. Masih ada STIKES Hangtuah kok.
(4) + Ayah 1 tahun yang lalu sudah meninggal.
      - Kamu yang sabar ya, kirimkan saja doa untuk ayahmu semoga dia tenang di Alamnya.
11. Maksim Penghargaan
                        Di dalam maksmim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta  pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak yang lain. Peserta tutur yang sering mengejek peserta tutur lain dalam  kegiatan bertutur akan dikatakan sebagai orang yang tidak sopan. Dikatakan demikian, karena tindakan mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang lain. Karena merupakan perbuatan tidak baik, perbuata itu harus dihindari dalam pergaulan sesungguhnya. Untuk memperjelas hal itu, tuturan (1) pada contoh berikut dapat dipertimbangkan.
(1)  A : “Nina, hari ini aku udah selesai ujian seminar proposal.”
      B  :  “Oya, selamat!.  Tadi aku dapat informasi kamu mendapat nilai B.
                        Pemberitahuan yang disampaikan (A) terhadap temannya (B) pada contoh di atas, ditanggapi dengan sangat baik bahkan disertai dengan pujian atau penghargaan oleh (B). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di dalam pertuturan itu (B) berperilaku santun terhadap (A).
12. Maksim Kesederhanaan
Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Oran akan dikatakan sombong dan congak hati apabila di dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan mengungulkan dirinya sendiri. Dalam masyarakat bahasa dan budaya Indonesia, kesederhanaan dan kerendahan hati banyak digunakan sebagai parameter penilaian kesantunan seseorang. Contoh tuturan (1) dan (2) berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas pernyataan ini.
(1) Ibu A : “Buk nanti syukurannya dibuka dengan doa dulu ya! Ibu yang memimpin doanya!”
      Ibu B : “Ya, Buk. Tapi, saya tidak terlalu fasih baca ayatnya, lho.”
(2) Bela : Bela, nanti pulangnya hati-hati di jalan.
      Dila : Iya. Aku kan pulang naik mobil.
B. HUBUNGAN PRINSIP KERJASAMA DAN PRINSIP  KESOPANAN DENGAN PEMBAHASAN TINDAK TUTUR
A.  PRINSIP KERJASAMA
1.   Maksim Kuantitas
Contoh :                      
(1) Orang kaya itu seorang donatur tetap di Panti Asuhan Asyuhada
(2)  Orang yang memiliki harta berlimpah itu seorang donatur tetap  di Panti Asuhan Asyuhada.
Pada tuturan (1) pada contoh maksim kuantitas di atas sangat berhubungan dengan tindak tutur representatif karena penutur menyebutkan dan menyatakan bahwa orang kaya itu seorang donatur tetap di Panti Asuhan Asyuhada, hal tersebut mengikat penuturnya akan kebenaran isi penutur tersebut.
2.  Maksim Kuantitas
Contoh :
  A : Ada berapa tindak tutur menurut pendapat Austin?
  B : Menurut pendapat Austin yang say abaca ada tiga macam tindak tutur.
  A : Tindak tutur apa sajakah itu?
  B : Tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi dan tindak tutur perlokusi.
Tuturan A pada contoh maksim kualitas di atas berhubungan dengan tindak tutur langsung, karena tindak tutur langsung adalah tuturan yang digunakan sesuai dengan penggunaan yang seharusnya yaitu bahwa pada tuturan A di atas kalimat tanya berapa digunakan untuk menanyakan sesuatu yang mengenai tindak tutur menurut pendapat Austin dan tuturna B menjawab tuturan yang dituturkan oleh penutur A dengan benar dan sesuai dengan kenyataan.

3.  Maksim Relevansi
Contoh : 1
(1) Pak, ada tawuran pelajar SMA dan SMP di depan swalayan Az-zuhara.
(2) Ya memang apa hadiahnya.
Analisis :
1.      Pada Tuturan (1) pada contoh maksim relevansi 1 di atas berhubungan dengan tindak tutur langsung, karena tuturan yang dituturkan (1) oleh seorang anak kepada ayahnya itu tuturan yang digunakan bertujuan dengan maksud untuk memberitahukan sesuatu yaitu bahwa ada tawuran pelajar SMA dan SMP di depan swalayan Az-Zuhra.
2.      Tuturan (1) pada contoh maksim relevansi di atas berhubungan dengan tindak tutur ilokusi karena tuturan (1) yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tuturnya tidak hanya semata-mata untuk memberitahu, tetapi juga mempunyai maksud bahwa penutur mengharapkan mitra tuturnya untuk menyarankan kepada penutur agar tidak ikut-ikutan tawuran seperti yang dilakukan oleh pelajar SMA dan SMP yang telah terjadi.
Contoh : 2
+    Dian, ada teman yang mencarimu.
-          Dian  lagi mandi, Ma.

Tuturan pada contoh 2 di atas pada (+)  maksim relevansi berhubungan dengan tindak tutur direktif karena, tuturan tersebut dimaksudkan penutur agar mitra tuturnya melakukan tindakan untuk menemui teman yang mencarinya yang dituturkan oleh penuturnya dan mitra tuturnya pun mengatakan Dian lagi mandi, Ma dengan maksud agar penutur mempersilahkan temannya masuk dan menunggu sebentar sampai Mitra tutur selesai mandi.
Contoh : 3
+   Masak sambal apa hari ini, Ma.
-        Sambal gulai ayam di Kulkas.
            Tuturan pada (+) di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur langsung karena digunakan sesuai dengan penggunaan yang seharusnya, yaitu bahwa tuturan  (+) pada kata apa digunakan untuk bertanya kepada mitra tuturnya atas tuturan yag diujarkan oleh si penutur.
4. Maksim Cara
Contoh : 1
(+) “Ayo, cepat di makan!”
(-) “Sebentar dulu, masih panas.”
Contoh 2 :
Anak 1 : “Bu,  besok saya akan pergi lagi ke kota.”
Ibu    2 : “Itu sudah saya siapkan di atas meja.”
 Analisis :
1.      Pada tuturan (+) conto 1 di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur direktif di mana penutur bermaksud untuk menyuruh mitra tuturnya untuk melakukan apa yang disebutkan oleh penutur yaitu menyuruh untuk segera makan.
2.      Tuturan yang dituturkan pada contoh 2 di atas termasuk tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi yang mana tuturan tersebut dituturkan oleh penutur kepada mitra tuturnya tidak semata-mata hanya ingin memberitahukan kepada sang Ibu bahwa ia akan segera pergi ke kota, tetapi memberitahukan lebih dari itu yakni bahwa ia sebenarnya ingin menanyakan apakah sang ibu sudah siap dengan sejumlah uan yang sudah diminta sebelumnya.




PRINSIP KESOPANAN
1.      Maksim Kerjasama
Contoh 1 :
Mama (1) : Susi jusnya mau lagi?
Susi    (2) : Nanti saja Ma, aku buat sendiri.
Mama (1) : Ya sudah, jangan sampai kemanisan ya?

Tuturan (1) di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur langsung yang mana tuturan langsung digunakan sesuai dengan penggunan yang seharusnya yaitu bahwa tuturan (1) digunakan oleh penutur untuk bertanya apakah si mitra tutur ingin menambah jusnya lagi atau tidak.
Contoh 2 :
Ani : Aku sudah selesai makan, kamu mau makan sekarang ?
Ina : Ambilkan piring dong !

Tuturan yang dituturkan oleh penutur (Ani) merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur Ilokusi karena, tuturan yang diturukan oleh penutur (Ani) kepada mitra tutur (Ina) tidak semata-mata memberitahu, tetapi juga mempunyai maksud bahwa penutur (Ani) bertanya kepada mitra tutur (Ina) apakah dia mau makan sekarang atau tidak.
2.      Maksim Kedermawanan
Contoh 1 :
Ani : Ina, aku sudah selesai sarapan.
Sinta : Aku sarapan  dulu ya, aku harus buru-buru ke kantor.
Ina : Ya sudah kamu makan duluan.
Sinta : Aduh, nasinya tumpah.
Ina : Biarkan saja nanti aku bersihkan

Pada tuturan contoh 1 di atas termasuk tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi yang mana tuturan yang dituturkan oleh penutur (Ani) kepada mitra tuturnya (Sinta) bermaksud untuk memberitahukan kepada mitra tuturnya (Sinta) bahwa si penutur (Ani) sudah selesai sarapan, dan tuturan contoh 1 di atas juga termasuk tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur perlokusi karena tuturan yang diujarkan oleh Sinta kepada Ani tidak hanya bertujuan untuk memberitahukan tetapi juga sekaligus bertujuan agar Ina mau membersihkan nasi yang tumpah, karena Sinta sarapan dengan terburu-buru dan harus pergi ke kantor.
Contoh 2 :
A : Bu RT, boleh minta mangganya lagi ?
B : Buahnya belum masak!
Tuturan pada contoh 2 di atas berhubungan dengan tindak tutur yang merupakan tindak tutur direktif, karena tuturan tersebut dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan dengan membolehkan si penutur untuk mengambil mangga yang dimiliki oleh si mitra tutur.
3.      Maksim Permufakatan
Contoh  :
Ibu : Ani, sepedahnya dimasukkan ke garasi!
Ani : Nanti Ani mau pakai keluar lagi kok Bu!

Pada tuturan contoh di atas berhubungan dengan tindak tutur yang merupakan tindak tutur direktif karena, tuturan yang dituturkan penuturnya (Ibu) bermaksud untuk menyuruh si mitra tutur (Ani) untuk melakukan apa yang disebutkan oleh si penutur yaitu agar penutur memasukkan sepedanya di dalam garasi. Dan tuturan contoh di atas juga merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur langsung karena digunakan untuk menyatakan perintah agar si mitra tutur (Ani) memasukkan sepedanya di dalam garasi.



4.      Maksim Simpati
Contoh  :
Ali : Tadi siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
Najib : Apakah dia baik-baik saja sekarang? Kalau dia butuh obat merah aku punya di lemari.

Pada tuturan contoh  di atas berhubungan dengan tindak tutur yang merupakan tindak tutur ilokusi karena, tuturan yang dituturkan oleh si penutur bertujuan  tidak hanya untuk memberitahukan, tetapi juga mempunyai maksud agar mitra tutur bertanya dan memberikan respon terhadap apa penyebab terjadinya Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
5.      Maksim Kebijaksanaan
Contoh :
(1)  Jemput saya sekolah!                                                              ( Tidak Sopan)
(2)  Jemputlah saya ke sekolah!
(3) Silakan (kamu) menghadiri  acara pameran lukisan saya.
(4) Sudilah kiranya kamu menghadiri acara pameran lukisan saya
(5) Kalau tidak keberatan, bisakah (anda) menghadiri acara pameran lukisan saya.
            Pada tuturan (1) dan (2) merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur tak langsung, karena tuturan tersebut digunakan untuk menyuruh mitra tuturnya agar segera menjemput si penutur di sekolah dengan menggunakan kalimat perintah. Dan tuturan (3), (4), dan (5) merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur direktif karena tuturan tersebut dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan dengan cara mempersilakan, meminta, dan memohon agar mitra tutur bersedia untuk hadir di acara pameran lukisan yang dimaksudkan oleh si penutur tersebut.


6.      Maksim Penerimaan
Contoh :
(1) Kamu harus membantu saya mengerjakan PR matematika.
(2) Saya akan membantu kamu mengerjakan PR matematika
(3) Saya akan datang ke rumahmu untuk makan malam gratis.
(4) Saya akan mentraktirkanmu di Café Solaria untuk makan malam bersama.
Pada tuturan (1) merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur direktif karena tuturan itu dituturkan oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang sesuai yang disebutkan dalam tuturan yakni membantu mengerjakan PR Matematika. Tuturan pada tuturan (2), (3) dan (4)  merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur komisif berjanji yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang diucapkan penutur kepada mitra tutur bahwa penutur akan membantu mengerjakan PR Matematika dan akan datang kerumah mitra tutur untuk makan malam gratis serta akan mentraktirkan mitra tutur untuk makan malam bersama di Café Solaria.
7.      Maksim Kemurahan
Contoh :
+ Penampilanmu sungguh luar biasa.
      -  Tidak, biasa-biasa saja kok.
Pada tuturan (+) di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur ekspresif yang berupa tindak tutur ekspresif pujian, karena penutur memiliki maksud atas tuturan yang dituturkan kepada mitra tuturnya dengan memberikan pujian mengenai penampilan penutur yang sungguh luar biasa tersebut.
8.      Maksim Kerendahan Hati
Contoh :
+ Cantik sekali gadis itu.
      -  Iya, gadis itu memang cantik.
Pada tuturan (+) di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur lokusi, karena penutur hanya memberitahukan kepada kepada mitra tutur bahwa gadis yang dilihatnya sangat cantik sekali.
9.      Maksim Kecocokan
Contoh :
+ Kuliah jurusan Bahasa Indonesia susah sekali ya?
      - Iya susah.
Pada tuturan (+) di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur lokusi,karena penutur hanya memberitahukan kepada kepada mitra tutur bahwa kuliah mengambil jurusan Bahasa Indonesia  sangat susah sekali.
10.  Maksim Kesimpatian
Contoh :
(1) + Aku lolos PBUD, Din.
      - Selamat, ya!
(2) + Ayah beberapa hari ini akan pergi ke luar kota
     -  Sudahlah jangan bersedih, kan masih ada ibumu.
Pada tuturan (1) dan (2)  di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur lokusi, karena penutur hanya memberitahukan kepada kepada mitra tutur bahwa dia lulus PBUD dan memberitahukan bahwa ayah akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari ini.
11.  Maksim Penghargaan
Contoh :
A : “Nina, hari ini aku udah selesai ujian seminar proposal.”
      B  :  “Oya, selamat!.  Tadi aku dapat informasi kamu mendapat nilai B.
Pada tuturan di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi, karena tuturan yang dituturkan oleh penutur tidak hanya semata-mata memberitahukan bahwa penutur (A) sudah selesai ujian seminar proposal, tetapi mempunya maksud agar mitra tutur (B) mengucapkan atau memberikan selamat karena penutur telah selesai melaksanakan ujina seminar proposal tersebut.
12.  Maksim Kesederhanaan
Contoh :
Bela : Bela, nanti pulangnya hati-hati di jalan.
 Dila : Iya. Aku kan pulang naik mobil.
                        Pada tuturan di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi, karena tuturan yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tuturnya tidak hanya semata-mata bertujuan untuk memberitahukan, tetapi juga mempunyai maksud menyarankan agar mitra tutur berhati-hati di jalan pada saat akan pulang.

DAFTAR  PUSTAKA
Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi Muhammad. 2010. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta :Yuma Pustaka.
Rahardi, Kunjana. 2005. PRAGMATIK  Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Yogyakarta : PT. Gelora Aksara Pratatam.













                                                                                                                                                                                                                                                   





0 komentar:

Posting Komentar