Tugas
dan Latihan
1. Buatlah
pembagian tindak ilokusi berdasarkan fungsinya!
2. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan fungsi kompetitif!
3. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan fungsi konvivial!
4. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan fungsi kolaboratif!
5. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan fungsi konfliktif !
6. Buatlh
kategori tindak ilokusi menurut Searle!
7. Jelaskan
apa yang disebut tindak ilokusi asertif!
8. Jelaskan
apa yang disebut tindak ilokusi direktif!
9. Jelaskan
apa yang disebut tindak ilokusi komisif!
10. Jelaskan
apa yang disebut tindak ilokusi ekspresif!
11. Jelaskan
apa yang disebut tindak ilokusi deklaratif!
12. Jelaskan
apa yang disebut tindak ilokusi impositif!
13. Kesopansantunan
bersifat asimetris. Apa maksudnya? Berikan beberapa contoh praktis!
14. Apakah
yang disebut paradoks pragmatik? Jelaskan dan berikan contoh!
15. Terdapat
korelasi yang jelas antara kategori-kategori tingkat sintaktik, semantik, dan
pragmatik. Jelaskan dan berikan contoh!
16. Sebutkan
tiga jenis skala pragmatic dan jelaskan pengertiannya satu persatu!
17. Kekuatan-kekuatan
apakah yang terkandung dalam strategi sindiran?
18. Apa
benar sikap terlalu sopan dapat berarti tidak sopan dalam kehidupan
sehari-hari? Jelaskan !
1. Tindak Ilokusi Berdasarkan
Fungsinya yaitu :
Jawab :
Gambar
: Kategori tindak Ilokusi menuru Searle
2.
Fungsi
kompetitif adalah fungsi tindak ilokusi yang bertujuan untuk
bersaing dengan tujuan sosial. Misalnya, memerintah, meminta, menuntut,
mengemis.
Contohnya :
Saya akan menuntut Anda dengan kasus Pencemaran nama baik!.
3.
Fungsi
convivial (menyenangkan) adalah fungsi tindak ilokusi yang
sejalan dengan tujuan sosial. Misalnya, menawarkan, mengajak, mengundang,
menyapa, mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat.
Contoh : Selamat,
semoga kamu bisa membina keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah.
4.
Fungsi
kolaboratif (bekerja sama) adalah fungsi tindak ilokusi yang
tidak menghiraukan tujuan sosial. Misalnya, menyatakan, melapor, mengumumkan
dan mengajarkan.
Contoh :
Kemarin saya ulang tahun yang ke- 21.
5.
Fungsi
konfliktif (bertentangan) adalah fungsi tindak ilokusi yang
tujuannya bertentangan dengan tujuan sosial. Misalnya, mengancam, menuduh,
menyumpah, dan memarahi.
Contoh
: Bagaimana ini? Begitu saja kamu tidak bisa mengurus anak kecil.
6.
Kategori tindak ilokusi menurut Searle
adalah sebagai berikut :
a. Asertif
b. Direktif
c. Komisif
d. Ekspresif
e. Deklaratif
7.
Tindak
ilokusi asertif adalah tindak ilokusi dimana penutur
terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Misalnya, menyatakan,
mengusulkan, membuat, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan. Dari
segi sopan santun ilokusi ini cenderung netral yakni termasuk kategori bekerja
sama.
Contoh
:
-
Hari ini Panas sekali
-
Dingin sekali ruangan ini
8.
Tindak
ilokusi direktif adalah tindak ilokusi yang bertujuan
menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur. Misalnya,
memesan, memerintah, memohon, menuntut, dan memberi nasihat. Jenis ilokusi ini
sering dimasukkan ke dalam kategori kompetitif karena juga mencakup
kategori-kategori ilokusi yang membutuhkan sopan santun negatif namun dipihak
lain terdapat juga ilokusi direktif (seperti mengundang) yang secara intrinsik
memang sopan.
Contoh
:
-
Tolong buatkan saya the manis.
-
Bantu saya mengangkat barang belanjaan
ini.
-
Silahkan masuk!
-
Sepertinya kamu harus mengerjakan PR
kamu dengan selesai untuk dikumpulkan besok.
-
Tolong, ambilkan makan untuk suami saya.
9.
Tindak
ilokusi komisif adalah tindak ilokusi yang mana
penuturnya sedikit banyak terikat pada suatu tindakan di masa depan. Misalnya,
menjanjikan, menawarkan,. Jenis ilokusi ini menyenangkan dan kurang bersifat
kompetitif karena tidak mengacu pada kepentingan penutur, tetapi pada
kepentingan penutur (mitra tutur).
Contoh
:
-
Kalau lowongan kerja , akan saya
beritahu.
-
Saya akan bantu kamu nanti.
10.
Tindak
ilokusi ekspresif adalah tindak ilokusi yang
mengungkapkan atu mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang
bersifat dengan ilokusi. Misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan
selamat, member maaf, mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawan. Secara
intrinsik ilokusi ini sopan kecuali tentunya ilokusi-ilokusi ekspresif seperti “mengencam”
dan “menuduh”.
Contoh
:
-
Lukisannya bagus sekali.
-
Aku belum pernah sesedih ini
mendengarkan ceritamu.
-
Mahasiswa itu manis sekali.
-
Makanan itu benar-benar lezat.
-
Hidung anak itu mancung seperti orang
India.
11.
Tindak
ilokusi deklarasi adalah tindak ilokusi yang akan
berhasil pelaksanaannya apabila mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi
proposisi dengan realitas. Misalnya, mengundurkan diri, membaptis, memecat,
memberi norma, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang dan mengangkat.
Contoh
:
-
Dengan ini saya nyatakan kamu lulus
ujian (kata-kata tersebut mengubah status seseorang dari keadaan belum lulus
ujian menjadi lulus ujian).
-
Saya akan membuat kamu menyesal seumur
hidup ( kata-kata ini akan membuat seseorang ketakutan atas ucapan si penutur).
-
Saya akan menjadikan kamu karyawan tetap
di sini ( kata-kata ini mengubah status si pendengar naik pangkat oleh
deklarasi atasannya atau si penutur).
12.
Tindak
ilokusi impositif adalah tindak ilokusi yang disebut juga
dengan tindak tutur direktif.
13.
Kesopansantunan
bersifat asimetris adalah kesopansantunan yang terjadi
pada pihak pendengar atau penyimak terhadap ungkapan-ungkapan ujaran yang
menerangkan sesuatu hal yang bersifat asimetris(tegas) terhadap
konsekuensi-konsekuensi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh
ungkapan kesopansantunan secara langsung yaitu :
-
Tidak dapatkah anda diam sebentar!
-
Anak itu pasti akan tutup mulut untuk
masalah yang satu ini.
14.
Paradoks
pragmatik adalah suatu atribusi sikap yang bertentangan pada
para partisipan dalam suatu dialog.
Contoh
: a dan b = dua orang partisipan, A = suatu tindakan yang a mau lakukan kepada
b. misalnya a mengadakan penawaran sebagai berikut :
“Mari saya antarkan antarkan ibu ke rumah Pak
RT.
Analisisnya
:
1. Suatu
tawaran diberikan oleh a (pengujar).
(a)
a memenuhi prinsip sopan santun (biasa)
(b)
A menyenangkan B
OLEH KARENA ITU
(c)
a ( Secara sopan ) melibatkan (dari a
dan b dan PS).
2. B
menolak tawaran uang diberikan oleh a
(d)
b mematuhi PK (biasa)
(e)
A tidak menyenangkan bagi a (biasa)
OLEH KARENA ITU
(f)
b (secara sopan) melibatkan
‘b
tidak menginginkan A terjadi (dari d,e,dan PS).
15.
Pembedaan
antara kategori-kategori pada tingkat sintaktik, semantik, dan pragmatik.
Sintaktik : deklaratif interogatif imperative
Semantik : proposisi pertanyaan perintah
Pragmatik : asersi ‘bertanya’ impositis
|
Gambar
: Korelasi antara kategori-kategori tingkat sintaksis, semantik, dan pragmatik.
Dari tabel di atas kesimpulan bahwa
pngertian kalimat deklaratif, kalimat introgatif, dan kalimat imperative adalah
proposisi pertanyaan dan perintah. Mata rantai antara kategori sematik dan
pragmatik belum begitu jelas seperti yang telah dapat kita lihat bahwa
proposisi atau suatu pertanyaan dapat memiliki kekuatan suatu impositif, dan(
secara lebih umum lagi) bahwa siasat-siasat ketidaklangsungan menjamin bahwa
setiap tipe semantik dapat dicocokkan atau dijodohkan dengan aneka tipe
pragmatik. Khusus bagi isilah-istilah ‘asersi; (assertion) dan ‘bertanya;
(asking) perlu diberi batasan yang tegas seperti berikut ini :
Assertion
: suatu ucapan yang tujuan ilokusinya adalah menyebabkan penyimak menyadari
bahwa ( Y ).
Asking
: suatu ucapan yang tujuan ilokusinya membuat penyimak menyebabkan pembicara
mnyadari bahwa (Y).
Catatan
: (Y) adalah beberapa proposisi.
16.
Tiga
jenis skala pragmatik
a.
Skala Untung Rugi, di mana diperkirakan
untung rugi dari penawaran tindakan A bagi pembicara atau penyimak.
b.
Skala Kefakultatifan, di mana lokusi-lokusi diurutkan sesuai dengan
jumlah pilihan yang diizinkan oleh pembicara kepada penyimak.
c.
Skala Ketaklangsungan, di mana dari
sudut pendangan pembicara, ilokusi-ilokusi diurutkan berdasarkan panjangnya
jarak (dalam hubungannya dengan analsis sarana tujuan) yang menghubungkan
tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi.
17.
Kekuatan yang terkandung dalam strategi
sindiran adalah dengan memperlihatkan pemberian pilihan kepada penyimak,
sehingga pembicara kelihatan memperbesar atau meningkatkan keseimbangan
penghargaan atau credit balance yang
menyenangkan baginya.
18.
Iya, karena sikap terlalu sopan dapat
menjadi tidak sopan dalam kehidupan sehari-hari karena si pembicara telah
membuat suatu pengaruh terhadap sikap yang merendahkan diri sehingga sikap
sopan dapat menjadi tidak sopan dalam melakukan dan berbicara tentang sesuatu
hal.
BAGAN
PRINSIP KERJASAMA DAN PRINSIP KESOPANAN
A. DEFINISI KONSEP
TEORI PRINSIP KERJASAMA DAN PRINSIP KESOPANAN
PRINSIP KERJASAMA
1.
Maksim Kuantitas
Dalam pertuturan setiap peserta
percakapan diharuskan untuk memberi sumbangan informasi yang dibutuhkan saja,
dan jangan memberikan sumbangan yang lebih informatif daripada yang diperlukan.
Misalnya penutur yang wajar tentu akan memilih tuturan (1) dibanding dengan
tuturan (2) :
(1)
Orang kaya itu seorang donator tetap di panti asuhan Asyuhada
(2) Orang yang memiliki
harta berlimpah itu seorang donator tetap di panti asuhan Asyuhada
Tuturan
1 dianggap lebih efektif dan efisien, serta mengandung nilai kebenaran (truth
value). Setiap orang tentu paham bahwa orang kaya pasti memiliki harta yang
berlimpah. Dengan demikian elemen tidak dapat melihat dalam tuturan (2)
dianggap berlebihan. Adanya elemen yang tidak dapat melihat dalam (2) dianggap
bertentangan dengan maksim kuantitas karena hanya menambahkan hal-hal yang
sudah jelas dan tidak perlu diterangkan lagi.
2. Maksim Kualitas
Maksim ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk
memberikan sumbangan informasi yang benar. Dengan kata lain baik penutur maupun
mitra tutur tidak mengatakan apa-apa yang dianggap salah, dan setiap kontribusi
percakapan hendaknya didukung oleh bukti yang memadai. Apabila dalam suatu
pertuturan ada peserta tutur yang tidak mempunyai bukti yang memadai mungkin
ada alasan-alasan tertentu yang mendasarinya.
Perhatikan
tuturan (1) berikut ini
(1) A :
Ada berapa tindak tutur menurut pendapat
Austin?
B :
Menurut pendapat Austin yang saya baca, ada tiga macam tindak tutur.
A : Tindak
Tutur apa sajakah itu ?
B : Tindak
tutur lokusi, tindak tutur ilokusi dan
tindak tutur perlokusi.
Pada
contoh di atas, (B ) memberi sumbangan informasi yang benar, bahwa menurut pendapat Austin yang dia baca ada tiga macam
tindak tutur, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur
perlokusi.
3. Maksim Relevansi (Hubungan)
Maksim ini mengharuskan setiap
peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah
pembicaraan.
Perhatikan contoh (1) berikut ini :
(1) + Pak ada tawuran pelajar SMA
dan SMP di depan swalayan Az-zuhara
- Ya memang apa hadiahnya?
Dialog di atas adalah percakapan
seorang ayah dengan anaknya. Bila sang ayah sebagai peserta percakapan yang
kooperatif, maka tidak selayaknya ia mempersamakan peristiwa tawuran yang
dilihat anaknya dengan sebuah pertandingan atau kejuaraan. Di dalam tawuran
tidak ada yang menang, dan tidak ada pula yang akan menerima hadiah. Semua
pihak akan mendapatkan kerugian, bahkan ada adal kemungkinan salah seorang atau
kedua pihak meninggal dunia akibat tawuran tersebut.
(2)
+ Dian, ada teman yang mencarimu.
- Dian
lagi mandi, Ma.
(3)
+ Masak sambal apa hari ini, Ma.
- Sambal gulai ayam di Kulkas.
Jawaban tuturan (-) pada (2) dan (3)
di atas sepintas tidak berhubungan, tetapi bila dicermati, hubungan
implikasionalnya dapat diterangkan. Jawaban (-) pada (2) mengimplikasikan bahwa
saat itu dia tidak dapat menemui temannya yang datang secara langsung. Ia
secara tidak langsung menyuruh atau minta tolong agar ibunya menyuruh temannya
menunggu sebentar.
Demikian pula kontribusi (-) pada
(3) memang tidak secara eksplisit menjawab pertanyaan (+). Akan tetapi, dengan
meberitahukan samabal gulai ayam masih ada di kulkas, tokoh (+) dalam (3) dapat
membuat inferensi masak sambal apa hari ini. Dalam (3) terlihat penutur dan
lawan tutur memiliki asumsi yang sama sehingga hanya dengan mengatakan sambal
gulai ayam di kulkas tokoh (+) sudah merasa terjawab pertanyaannya.
4. Maksim Pelaksanaan (Cara)
Dengan maksim ini, para peserta
pertuturan diharapkan untuk berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa
dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Dalam wacana tuturan sehari-hari
sering dapat dijumpai seorang penutur yang dengan sengaja tidak mengindahkan
maksim ini.
Contoh
1:
(+) “Ayo, cepat di makan!”
(-) “Sebentar dulu, masih panas.”
Tuturan si penutur (+) yang berbunyi
“Ayo, cepat di makan!” sama sekali
tidak memberikan kejelasan tentang apa yang sebenarnya diminta oleh si mitra
tutur. Kata dimakan dalam tuturan di
atas mengandung kadar ketaksaan dan kekaburan sangat tinggi. Oleh karenya,
maknanya pun menjadi sangat kabur. Dapat dikatakan demikian, karena kata itu
dimungkinkan untuk ditafsirkan bermacam-macam.
Demikian pula tuturan yang
disampaikan si mitra tutur (-), yakni “Sebentar
dulu, masih panas.” Mengandung kadar ketaksaan cukup tinggi. Kata panas
pada tuturan itu dapat mendatangkan banyak kemungkinan persepsi
penafsiran karena di dalam tuturan itu tidak jelas apa senbenarnya yang masi panas itu. tuturan-tuturan demikian itu
dapat dikatakan melanggar prinsip kerjasama karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan
dalam Prinsip Kerja Sama Grice.
PRINSIP KESOPANAN
1.
Maksim Kerjasama
Maksim kearifan
memiliki konsep “ Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, dan buatlah
keuntungan orang lain sebesar mungkin.”
Contoh 1:
Mama : Susi jusnya mau lagi?
Susi : Nanti
saja Ma, aku buat sendiri.
Mama : Ya
sudah, jangan sampai kemanisan ya?
Wacana di atas
mengandung makna, bahwa Susi adalah anak berusia 10 tahun yang sedang makan sambil nonton TV. Ketika ibunya
menawari Jus, Susi menjawab
“Nanti saja ma, aku buat sendiri.” Sebenarnya
dari pertanyaan mamanya, Susi seharusnya menjawab “ya” atau “tidak”. Hal ini
menunjukkan bahwa wacana di atas mengandung maksim kearifan karena Susi
tidak ingin mamanya repot.
Pelanggaran
maksim kearifan.
Contoh 2
Ani : Aku sudah
selesai makan, kamu mau makan sekarang ?
Ina : Ambilkan piring dong !
Wacana di atas
melanggar konsep maksim kearifan. Karena Ani menawari Ina untuk makan, berhubung Ani
sudah duduk di kursi meja makan, maka Ina
merepotkan Ani dengan menyuruhnya mengambilkan piring.
2.
Maksim Kedermawanan
Konsep maksim
kedermawanan “Buatlah keuntungan sendiri sekecil mungkin dan buatlah kerugian
sendiri sebesar mungkin.”
Contoh 1:
Ani : Ina, aku
sudah selesai sarapan.
Sinta : Aku sarapan dulu ya, aku harus buru-buru ke kantor.
Ina : Ya sudah kamu makan duluan.
Sinta : Aduh, nasinya tumpah.
Ina : Biarkan saja nanti aku bersihkan.
Wacana di atas
menunjukkan bahwa Ina selain menerapkan konsep maksim kearifan juga menerapkan
maksim kedermawanan. Ketaatan terhadap maksim kearifan biasanya selalu sejalan
maksim kedermawanan. Konsep kearifan agar kerugian orang lain sekecil mungkin,
sedangkan konsep kedermawanan adalah agar keuntungan diri sendiri sekecil
mungkin.
Pelanggaran
terhadap konsep maksim tutur berarti menerapkan “Membuat keuntungan sendiri
sebesar mungkin, membuat kerugian orang lain sebesar mungkin.
Contoh 2
A : Bu RT, boleh minta mangganya lagi ?
B : Buahnya
belum masak!
Contoh di atas
mengandung konteks, bahwa si A sebelumnya diperbolehkan untuk mengmabil buah mangga di rumah Buk RT, namun karena
si A telah menyebabkan halaman rumah Buk RT kotor karena daun mangga berguguran,
maka pada hari berikutnya ketika si A ingin meminta buah mangga lagi, Buk RT tidak
mengizinkan dengan mengatakan buahnya belum masak. Hal ini jelas Buk RT melanggar
maksim kedermawanan.
3.
Maksim Permufakatan
Maksim permufakatan seringkali
disebut dengan maksim kecocokan. Di dalam maksim ini, ditekankan agar para
peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan
bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan
mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dapat
dikatakan bersikap santun. Di dalam maksim permufakatan menghendaki
bahwa agar permufakatan antara diri
sendiri dengan orang
lain terjadi
sesedikit mungkin dan permufakatan terjadi
sebanyak mungkin.
Contoh 1
Ibu : Ani,
sepedahnya dimasukkan ke garasi!
Ani : Nanti Ani
mau pakai keluar lagi kok Bu!
Dari wacana di
atas memilki konteks bahwa Ani tidak sepakat dengan Ibunya ketika ibunya
memintanya untuk memasukkan sepeda ke garasi. Namun Ani tidak mengatakan “Tidak
mau Bu!”, ia mengatakan “ Nanti Ani mau pakai keluar lagi kok Bu!”, ini
menandakan Ani masih berusaha mengurangi ketidaksepakatan yang terjadi antara
dia dengan ibunya. Hal ini berarti Ani telah menaati maksim permufakatan.
Mengenai
pelanggaran maksim kesepakatan berarti berekebalikan dengan konsep yang
dijelaskan di atas.
Contoh 2
Santi : Sin,
tugas makalah Filsafat Bahasa kelompok kita sudah kamu ketik ?
Sinta : Aku
ngantuk San!
Contoh di atas
Sinta melenggar prinsip kesantunan maksim kesepakatan.
4.
Maksim Simpati
Dalam maksim
simpati menganjurkan agar partisipan interaksi mengurangi rasa antipati antara
diri dan orang lain sebanyak mungkin dan meningkatkan rasa simpati diri
terhadap orang lain setinggi mungkin.
Contoh 1:
Ali : Tadi
siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
Najib : Apakah
dia baik-baik saja sekarang? Kalau dia butuh obat merah aku punya di lemari.
Tuturan Najib
di atas dapat kita simpulkan bahwa dia menaati maksim simpati.
Sementara
pelanggaran maksim simpati mempunyai konsep yang berlawanan dengan konsep di
atas, yakni meningkatkan rasa antipati dan mengurangi rasa simpati terhadap
orang lain.
Contoh 2
Ali : Tadi
siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
Najib : Biar
kapok, siapa suruh naik sepeda ngebut.
Contoh tersebut
secara jelas Najib telah melanggar prinsip kesopanan maksim simpati.
5. Maksim Kebijaksanaan
Maksim ini diungkapkan
dengan tuturan imposif dan komisif. Maksim ini menggariskan setiap peserta
pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain, arau memaksimalkan keuntungn
bagi orang lain.
Contoh 1
(1)
Jemput saya sekolah!
( Tidak Sopan)
(2)
Jemputlah saya ke sekolah!
(3)
Silakan (kamu) menghadiri acara pameran
lukisan saya.
(4)
Sudilah kiranya kamu menghadiri acara pameran lukisan saya
(5)
Kalau tidak keberatan, bisakah (anda) menghadiri acara pameran lukisan
saya. ( Sopan)
Dalam
hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin besar
pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya. Demikina
pula tuturan yang diutarakan secara tidak langsung lazimnya lebih sopan
dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung. Memerintah dengan
kalimat berita atau kalimat tanya dipandang lebih sopan dibandingkan denga
kalimat perintah.
Apabila
dalam berbicara penutur berusaha memaksimalkan keuntungan orang lain, maka
lawan bicara wajib pula memaksimalkan kerugian dirinya, bukan sebaliknya.
Contoh 2
(a) + Mari saya antarkan Ibu ke rumah Pak Kades
-
Tidak perlu, saya tidak butuh bantuan kamu.
(b) + Mari saya antarkan Ibu ke rumah Pak Kades
-
Terima kasih. Kamu benar-benar anak baik.
6 . Maksim Penerimaan
Maksim
penerimaan diutarakan dengan kalimat komisif dan imposif. Maksim ini mewajibkan
setiap peserta tindak tutur untuk memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan
meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri.
Contoh 1
(1)
Kamu harus membantu saya mengerjakan PR matematika.
(2)
Saya akan membantu kamu mengerjakan PR matematika
(3)
Saya akan datang ke rumahmu untuk makan malam gratis.
(4)
Saya akan mentraktirkanmu di Café Solaria untuk makan malam bersama.
Tuturan
pada (2) dan (4) dirasa kurang sopan karena penutur berusaha memaksimalkan
keuntungan dirinya dengan menyusahkan orang lain. Sebaliknya pada tuturan (1)
dan (3) penutur berusaha memaksimalkan kerugian orang lain dengan memaksimalkan
kerugian diri sendiri.
7 Maksim Kemurahan
Maksim
kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat
kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain.
Contoh
:
(1)
+ Penampilanmu sungguh luar biasa.
-
Tidak, biasa-biasa saja kok.
(2)
+ Pertunjukkan pameran anda sanagt menakjubkan.
- Iya donk, siapa dulu pemiliknya.
Tuturan
(+) dalam (1) dan (2) bersikap sopan karena berusaha memaksimalkan keuntungan
(-) lawan tuturnya. Lawan tuturnya (-) dalam (1) menerapkan paradoks yang berusaha
meminimalkan penghargaan diri sendiri, sedangkan (-) dalam (2) melanngar
paradoks yang berusaha memaksimalkan keuntungan diri sendiri. Jadi, (-) dalam
(2) tidak sopan.
8 Maksim Kerendahan
Hati
Maksim
kerendahan hati menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan
ketidakhormatan pada diri sendiri dan meminimalkan rasa hormat pada diri
sendiri.
Contoh :
(1)
+ Cantik sekali gadis itu.
-
Iya, gadis itu memang cantik.
(2)
+ Kau sangat pintar
- Ya, saya memang pintar.
Pada
tuturan (1) mematuhi prinsip kesopanan karena (+) memuji kelebihan pihak lain,
dan respon yang diberikan (-) memuji oarng lain yang dibicarakan itu. Tuturan
(2) memiliki bagian yang melanggar maksim kesopanan. Tuturan (-) dalam (2)
tidak mematuhi maksim kesopanan karena memaksimalkan rasa hormat kepada diri
sendiri.
9. Maksim kecocokan
Maksim
kecocokan menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk mamaksimalkan
kecocokan di antara mereka. Untuk jelasnya dapat diperhatikan contoh berikut :
(1)
+ Kuliah jurusan Bahasa Indonesia susah sekali ya?
- Iya susah.
(2)
+ Kuliah Jurusan Bahasa Indonesia susah sekali ya?
- Enggak juga, Mudah kok.
Kontribusi tuturan (-) dalam (1) lebih sopan
dibandingkan dengan dalam (2) karena dalam (2) (-) memaksimalkan
ketidakcocokannya dengan pernyataan (+). Dalam hal ini berarti orang harus
senantiasa setuju dengan pendapat atau pernyataan lawan tuturnya. Dalam hal ini
ia tidak menyetujui apa yang dinyatakan oleh lawan tuturnya ia dapat membuat
pernyataan yang mengandung ketidaksetujuan atau ketidakcocokan partial.
10. Maksim Kesimpatian (Simpati)
Maksim
kesimpatian mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa
simpati, dan meminimalkan rasa antipasti kepada lawan tuturnya. Jika lawan
tuturnya mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan
ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapatkan kesusuhan atau musibah penutur
layak turut berduka, atau mengutarakan ucapa bela sungkawa sebagai tanda
kesimpatian.
Contoh :
(1)
+ Aku lolos PBUD, Din.
- Selamat, ya!
(2)
+ Ayah beberapa hari ini akan pergi ke luar kota
-
Sudahlah jangan bersedih, kan masih ada ibumu.
Pada
tututan (1) dan (2) sopan karena penutur mematuhi maksim kesimpatian, yakni
mamaksimalkan rasa simpati kepada lawan tuturnya yang mendapatkan kebahagiaan.
Berbeda
dengan (1) dan (2) , (1) dan (2) berikut tidak mematuhi maksim kesimpatian
karena tuturan (-) memaksimalkan rasa antipasti terhadap kegagalan atau
kedudukan yang menimpa (+).
(1)
+ Aku gagal masuk UNP
-
aku senang sekali. Selamat, ya!
(2)
+ Ibu beberapa hari ini tidak ada di rumah,
_ Bagus donk kalu begitu.
Dengan
penjelasan yang sama, (3) dan (4) lebih
sopan dibandingkan dengan (1) dan (2).
(3)
+ Aku gagal di STIKES Maha Ratu.
- Jangan bersedih. Masih ada STIKES
Hangtuah kok.
(4)
+ Ayah 1 tahun yang lalu sudah meninggal.
- Kamu yang sabar ya, kirimkan saja doa
untuk ayahmu semoga dia tenang di Alamnya.
11. Maksim Penghargaan
Di dalam maksmim
penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam
bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim
ini, diharapkan agar para peserta
pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling
merendahkan pihak yang lain. Peserta tutur yang sering mengejek peserta tutur
lain dalam kegiatan bertutur akan
dikatakan sebagai orang yang tidak sopan. Dikatakan demikian, karena tindakan
mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang lain. Karena merupakan
perbuatan tidak baik, perbuata itu harus dihindari dalam pergaulan
sesungguhnya. Untuk memperjelas hal itu, tuturan (1) pada contoh berikut dapat
dipertimbangkan.
(1) A : “Nina, hari ini aku udah selesai ujian
seminar proposal.”
B
: “Oya, selamat!. Tadi aku dapat informasi kamu mendapat nilai
B.
Pemberitahuan
yang disampaikan (A) terhadap temannya (B) pada contoh di atas, ditanggapi
dengan sangat baik bahkan disertai dengan pujian atau penghargaan oleh (B).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di dalam pertuturan itu (B) berperilaku
santun terhadap (A).
12. Maksim
Kesederhanaan
Di
dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur
diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap
dirinya sendiri. Oran akan dikatakan sombong dan congak hati apabila di dalam
kegiatan bertutur selalu memuji dan mengungulkan dirinya sendiri. Dalam
masyarakat bahasa dan budaya Indonesia, kesederhanaan dan kerendahan hati
banyak digunakan sebagai parameter penilaian kesantunan seseorang. Contoh
tuturan (1) dan (2) berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas pernyataan
ini.
(1)
Ibu A : “Buk nanti syukurannya dibuka dengan doa dulu ya! Ibu yang memimpin
doanya!”
Ibu
B : “Ya, Buk. Tapi, saya tidak terlalu fasih baca ayatnya, lho.”
(2)
Bela : Bela, nanti pulangnya hati-hati di jalan.
Dila : Iya. Aku kan pulang naik mobil.
B.
HUBUNGAN PRINSIP
KERJASAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DENGAN
PEMBAHASAN TINDAK TUTUR
A.
PRINSIP
KERJASAMA
1. Maksim
Kuantitas
Contoh
:
(1)
Orang kaya itu seorang donatur tetap di Panti Asuhan Asyuhada
(2)
Orang yang memiliki harta berlimpah itu seorang donatur tetap di Panti Asuhan Asyuhada.
Pada
tuturan (1) pada contoh maksim kuantitas di atas sangat berhubungan dengan
tindak tutur representatif karena penutur menyebutkan dan menyatakan bahwa
orang kaya itu seorang donatur tetap di Panti Asuhan Asyuhada, hal tersebut mengikat
penuturnya akan kebenaran isi penutur tersebut.
2.
Maksim Kuantitas
Contoh :
A : Ada berapa tindak tutur menurut
pendapat Austin?
B : Menurut pendapat Austin yang say abaca ada
tiga macam tindak tutur.
A : Tindak tutur apa sajakah itu?
B : Tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi
dan tindak tutur perlokusi.
Tuturan
A pada contoh maksim kualitas di atas berhubungan dengan tindak tutur langsung,
karena tindak tutur langsung adalah tuturan yang digunakan sesuai dengan penggunaan
yang seharusnya yaitu bahwa pada tuturan A di atas kalimat tanya berapa
digunakan untuk menanyakan sesuatu yang mengenai tindak tutur menurut pendapat
Austin dan tuturna B menjawab tuturan yang dituturkan oleh penutur A dengan
benar dan sesuai dengan kenyataan.
3. Maksim Relevansi
Contoh : 1
(1)
Pak, ada tawuran pelajar SMA dan SMP di depan swalayan Az-zuhara.
(2)
Ya memang apa hadiahnya.
Analisis
:
1. Pada
Tuturan (1) pada contoh maksim relevansi 1 di atas berhubungan dengan tindak
tutur langsung, karena tuturan yang dituturkan (1) oleh seorang anak kepada
ayahnya itu tuturan yang digunakan bertujuan dengan maksud untuk memberitahukan
sesuatu yaitu bahwa ada tawuran pelajar SMA dan SMP di depan swalayan Az-Zuhra.
2. Tuturan
(1) pada contoh maksim relevansi di atas berhubungan dengan tindak tutur
ilokusi karena tuturan (1) yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tuturnya
tidak hanya semata-mata untuk memberitahu, tetapi juga mempunyai maksud bahwa
penutur mengharapkan mitra tuturnya untuk menyarankan kepada penutur agar tidak
ikut-ikutan tawuran seperti yang dilakukan oleh pelajar SMA dan SMP yang telah
terjadi.
Contoh : 2
+ Dian,
ada teman yang mencarimu.
-
Dian lagi mandi, Ma.
Tuturan pada
contoh 2 di atas pada (+) maksim
relevansi berhubungan dengan tindak tutur
direktif karena, tuturan tersebut dimaksudkan penutur agar mitra tuturnya
melakukan tindakan untuk menemui teman yang mencarinya yang dituturkan oleh
penuturnya dan mitra tuturnya pun mengatakan Dian lagi mandi, Ma dengan maksud
agar penutur mempersilahkan temannya masuk dan menunggu sebentar sampai Mitra
tutur selesai mandi.
Contoh : 3
+
Masak sambal apa hari ini, Ma.
-
Sambal gulai ayam di Kulkas.
Tuturan
pada (+) di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur langsung
karena digunakan sesuai dengan penggunaan yang seharusnya, yaitu bahwa
tuturan (+) pada kata apa digunakan
untuk bertanya kepada mitra tuturnya atas tuturan yag diujarkan oleh si
penutur.
4. Maksim Cara
Contoh : 1
(+) “Ayo, cepat di makan!”
(-) “Sebentar dulu, masih panas.”
Contoh
2 :
Anak
1 : “Bu, besok saya akan pergi lagi ke
kota.”
Ibu 2 : “Itu sudah saya siapkan di atas meja.”
Analisis :
1.
Pada tuturan (+) conto 1 di atas
merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur direktif di mana
penutur bermaksud untuk menyuruh mitra tuturnya untuk melakukan apa yang
disebutkan oleh penutur yaitu menyuruh untuk segera makan.
2.
Tuturan yang dituturkan pada contoh 2 di
atas termasuk tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi yang
mana tuturan tersebut dituturkan oleh penutur kepada mitra tuturnya tidak
semata-mata hanya ingin memberitahukan kepada sang Ibu bahwa ia akan segera
pergi ke kota, tetapi memberitahukan lebih dari itu yakni bahwa ia sebenarnya
ingin menanyakan apakah sang ibu sudah siap dengan sejumlah uan yang sudah
diminta sebelumnya.
PRINSIP KESOPANAN
1.
Maksim
Kerjasama
Contoh
1 :
Mama (1) : Susi jusnya mau lagi?
Susi
(2) : Nanti saja Ma, aku buat sendiri.
Mama (1) : Ya sudah, jangan
sampai kemanisan ya?
Tuturan
(1) di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur
langsung yang mana tuturan langsung digunakan sesuai dengan penggunan yang
seharusnya yaitu bahwa tuturan (1) digunakan oleh penutur untuk bertanya apakah
si mitra tutur ingin menambah jusnya lagi atau tidak.
Contoh
2 :
Ani : Aku sudah
selesai makan, kamu mau makan sekarang ?
Ina : Ambilkan piring dong !
Tuturan yang dituturkan oleh penutur
(Ani) merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur Ilokusi
karena, tuturan yang diturukan oleh penutur (Ani) kepada mitra tutur (Ina)
tidak semata-mata memberitahu, tetapi juga mempunyai maksud bahwa penutur (Ani)
bertanya kepada mitra tutur (Ina) apakah dia mau makan sekarang atau tidak.
2.
Maksim
Kedermawanan
Contoh 1 :
Ani : Ina, aku sudah selesai sarapan.
Sinta : Aku sarapan dulu ya, aku harus buru-buru ke kantor.
Ina : Ya sudah kamu makan duluan.
Sinta : Aduh, nasinya tumpah.
Ina : Biarkan saja nanti aku bersihkan
Pada tuturan contoh 1 di atas
termasuk tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi yang mana
tuturan yang dituturkan oleh penutur (Ani) kepada mitra tuturnya (Sinta)
bermaksud untuk memberitahukan kepada mitra tuturnya (Sinta) bahwa si penutur
(Ani) sudah selesai sarapan, dan tuturan contoh 1 di atas juga termasuk tindak
tutur yang berhubungan dengan tindak tutur perlokusi karena tuturan yang
diujarkan oleh Sinta kepada Ani tidak hanya bertujuan untuk memberitahukan
tetapi juga sekaligus bertujuan agar Ina mau membersihkan nasi yang tumpah,
karena Sinta sarapan dengan terburu-buru dan harus pergi ke kantor.
Contoh 2 :
A : Bu
RT, boleh minta
mangganya lagi ?
B : Buahnya belum masak!
Tuturan pada contoh 2 di atas
berhubungan dengan tindak tutur yang merupakan tindak tutur direktif, karena
tuturan tersebut dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan
dengan membolehkan si penutur untuk mengambil mangga yang dimiliki oleh si
mitra tutur.
3.
Maksim
Permufakatan
Contoh :
Ibu : Ani, sepedahnya
dimasukkan ke garasi!
Ani : Nanti Ani
mau pakai keluar lagi kok Bu!
Pada tuturan contoh di atas
berhubungan dengan tindak tutur yang merupakan tindak tutur direktif karena,
tuturan yang dituturkan penuturnya (Ibu) bermaksud untuk menyuruh si mitra
tutur (Ani) untuk melakukan apa yang disebutkan oleh si penutur yaitu agar
penutur memasukkan sepedanya di dalam garasi. Dan tuturan contoh di atas juga
merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur langsung karena
digunakan untuk menyatakan perintah agar si mitra tutur (Ani) memasukkan
sepedanya di dalam garasi.
4.
Maksim
Simpati
Contoh :
Ali : Tadi siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari
kampus.
Najib : Apakah dia baik-baik saja sekarang? Kalau dia
butuh obat merah aku punya di lemari.
Pada
tuturan contoh di atas berhubungan
dengan tindak tutur yang merupakan tindak tutur ilokusi karena, tuturan yang
dituturkan oleh si penutur bertujuan tidak hanya untuk memberitahukan, tetapi juga
mempunyai maksud agar mitra tutur bertanya dan memberikan respon terhadap apa
penyebab terjadinya Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
5.
Maksim
Kebijaksanaan
Contoh
:
(1) Jemput saya sekolah! (
Tidak Sopan)
(2)
Jemputlah saya ke sekolah!
(3) Silakan (kamu) menghadiri acara pameran lukisan saya.
(4) Sudilah kiranya kamu menghadiri
acara pameran lukisan saya
(5) Kalau tidak keberatan, bisakah
(anda) menghadiri acara pameran lukisan saya.
Pada tuturan (1) dan (2) merupakan
tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur tak langsung, karena tuturan
tersebut digunakan untuk menyuruh mitra tuturnya agar segera menjemput si
penutur di sekolah dengan menggunakan kalimat perintah. Dan tuturan (3), (4),
dan (5) merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur direktif karena
tuturan tersebut dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan
dengan cara mempersilakan, meminta, dan memohon agar mitra tutur bersedia untuk
hadir di acara pameran lukisan yang dimaksudkan oleh si penutur tersebut.
6.
Maksim
Penerimaan
Contoh :
(1)
Kamu harus membantu saya mengerjakan PR matematika.
(2)
Saya akan membantu kamu mengerjakan PR matematika
(3)
Saya akan datang ke rumahmu untuk makan malam gratis.
(4)
Saya akan mentraktirkanmu di Café Solaria untuk makan malam bersama.
Pada tuturan (1) merupakan tindak tutur
yang berhubungan dengan tindak tutur direktif karena tuturan itu dituturkan
oleh penutur dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang sesuai yang
disebutkan dalam tuturan yakni membantu mengerjakan PR Matematika. Tuturan pada
tuturan (2), (3) dan (4) merupakan
tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur komisif berjanji yang
mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang diucapkan penutur kepada mitra
tutur bahwa penutur akan membantu mengerjakan PR Matematika dan akan datang
kerumah mitra tutur untuk makan malam gratis serta akan mentraktirkan mitra
tutur untuk makan malam bersama di Café Solaria.
7.
Maksim
Kemurahan
Contoh
:
+
Penampilanmu sungguh luar biasa.
-
Tidak, biasa-biasa saja kok.
Pada
tuturan (+) di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur
ekspresif yang berupa tindak tutur ekspresif pujian, karena penutur memiliki
maksud atas tuturan yang dituturkan kepada mitra tuturnya dengan memberikan
pujian mengenai penampilan penutur yang sungguh luar biasa tersebut.
8.
Maksim
Kerendahan Hati
Contoh :
+
Cantik sekali gadis itu.
-
Iya, gadis itu memang cantik.
Pada
tuturan (+) di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur
lokusi, karena penutur hanya memberitahukan kepada kepada mitra tutur bahwa
gadis yang dilihatnya sangat cantik sekali.
9.
Maksim
Kecocokan
Contoh
:
+
Kuliah jurusan Bahasa Indonesia susah sekali ya?
- Iya susah.
Pada
tuturan (+) di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur
lokusi,karena penutur hanya memberitahukan kepada kepada mitra tutur bahwa
kuliah mengambil jurusan Bahasa Indonesia
sangat susah sekali.
10. Maksim Kesimpatian
Contoh
:
(1) + Aku lolos PBUD, Din.
- Selamat, ya!
(2) + Ayah beberapa hari ini akan pergi
ke luar kota
- Sudahlah jangan bersedih, kan
masih ada ibumu.
Pada
tuturan (1) dan (2) di atas merupakan
tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur lokusi, karena penutur hanya
memberitahukan kepada kepada mitra tutur bahwa dia lulus PBUD dan
memberitahukan bahwa ayah akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari ini.
11. Maksim Penghargaan
Contoh :
A
: “Nina, hari ini aku udah selesai ujian seminar proposal.”
B
: “Oya, selamat!. Tadi aku dapat informasi kamu mendapat nilai
B.
Pada
tuturan di atas merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur
ilokusi, karena tuturan yang dituturkan oleh penutur tidak hanya semata-mata
memberitahukan bahwa penutur (A) sudah selesai ujian seminar proposal, tetapi
mempunya maksud agar mitra tutur (B) mengucapkan atau memberikan selamat karena
penutur telah selesai melaksanakan ujina seminar proposal tersebut.
12. Maksim Kesederhanaan
Contoh
:
Bela : Bela, nanti pulangnya hati-hati
di jalan.
Dila : Iya. Aku kan pulang naik mobil.
Pada tuturan di atas
merupakan tindak tutur yang berhubungan dengan tindak tutur ilokusi, karena
tuturan yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tuturnya tidak hanya
semata-mata bertujuan untuk memberitahukan, tetapi juga mempunyai maksud
menyarankan agar mitra tutur berhati-hati di jalan pada saat akan pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Wijana,
I Dewa Putu dan Rohmadi Muhammad. 2010. Analisis
Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis. Surakarta :Yuma Pustaka.
Rahardi,
Kunjana. 2005. PRAGMATIK Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Yogyakarta : PT. Gelora Aksara Pratatam.
0 komentar:
Posting Komentar