Buku yang
dianalisis adalah Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTs Kelas IX
karangan Tri Retno Murniasih,S.Pd. dan Drs. Sunardi, M. Pd. Pembahasan semantik
dalam buku ajar ini sebagai berikut.
1. Bab 2
Pembahasan semantik dalam bab 2 adalah
Memahami dan Menggunakan Imbuhan –man, –wan, –wati. Akhiran –man, -wan dan
–wati menunjukkan jenis kelamin. Akhiran –man dan –wan menyatakan jenis
kelamin laki-laki, sedangkan –wati menyatakan perempuan. Akhiran tersebut
berfungsi membentuk kata benda.
Arti imbuhan –man-, -wan dan –wati
sebagai berikut.
1. Menyatakan
orang yang ahli.
Contoh: Sumpah jabatan PNS dihadiri
para agamawan.
2. Menyatakan
orang yang mata pencahariannya di bidang tertentu.
Contoh: Peristiwa itu diliput para
wartawan dari berbagai media cetak.
3. Menyatakan
orang yang memiliki sifat tertentu.
Contoh: Setelah pergi haji, ia menjadi
dermawan.
4. Menyatakan jenis kelamin.
Contoh:
Para seniman dan seniwati meramaikan acara hari jadi kota Solo.
Dalam semantik, makna konfiks termasuk makna gramatikal
yang lahir karena adanya proses gramatikal. Menurut Chaer (2002:62), makna
gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti
proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.
2. Bab 3
Pembahasan semantik dalam bab 3 adalah Memahami Singkatan
dalam Iklan Baris. Hampir semua kata dalam iklan baris menggunakan singkatan.
Singkatan-singkatan seperti itu jarang dipakai dalam tulis-menulis dalam
situasi formal, tetapi lazim digunakan dalam beriklan. Antara pemasang iklan
dengan pembaca sebagai pelanggan iklan sudah terjalin komunikasi yang baik,
sehingga maksud dan tujuannnya kedua dapat tercapai. Contoh:
1. Ors = Orisinil
2. a.n. sdr = atas nama saudara
3. Hrg = harga
4. hub = hubungi
Dalam semantik, kata-kata yang
terbentuk sebagai hasil penyingkatan ini lazim disebut akronim. Menurut Chaer
(2002: 51), dalam perkembangan bahasa terakhir ini banyak kata-kata dalam
bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf
awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu.
3. Bab 4
Pembahasan
semantik dalam bab 4 adalah Menggunakan kata yang Mengalami Pergeseran Makna.
a. Pergeseran Makna Meluas dan
Menyempit
Makna kata
banyak yang berubah dari makna aslinya, baik meluas, menyempit, membaik,
memburuk ataupun sama sekali berubah. Hal ini terjadi karena pada
perkembangannya bahasa mengalami pertumbuhan sesuai dengan situasi dan situasi
zamannya.
1) Perluasan
Makna
Perluasan makna
kata adalah suatu kata yang maknaya menjadi lebih luas daripada makna semula.
Contoh:
a) Ia tinggal
di rumah saudaranya.
Saudara makna
kata dulu : adik/kakak
b) Ada
keperluan apa Saudara mencari saya?
Saudara makna
sekarang : engkau (orang yang dihormati)
2) Penyempitan
Makna
Penyempitan
makna kata adalah makna suatu kata menjadi lebih sempit daripada makna semula.
Contoh:
a) Amelia
berasal dari keluarga pendeta.
pendeta makna
kata dulu : ahli agama
b) Menantunya seorang
pendeta taat.
kata pendeta
bermakna orang yang ahli ilmu agama Nasrani
b. Memahamai dan Menggunakan Makna Kata
Peyorasi, Ameliorasi, dan Sinestesia
1) Peyorasi
Peyorasi adalah
makna yang sekarang dirasa lebih rendah, kurang baik, kurang hormat daripada
makna dahulu. Contoh kalimat peyorasi:
a) Bini bang
Juri hamil enam bula. (bini lebih rendah nilainya daripada istri)
b) Kambingnya
beranak enam ekor. (beranak lebih rendah nilainya daripada melahirkan)
2) Ameliorasi
Kalimat yang
menggunakan kata ameliorasi yaitu makna yang sekarang dirasa lebih tinggi
nilainya daripada makna dahulu. Contoh kalimat ameliorasi:
a) Pramuniaga
toko ini rata-rata usianya masih belia. (pramuniaga lebih tinggi daripada
pelayan toko)
b) Istrinya
serang pengusaha wanita terkemuka di kota ini. (wanita lebih tinggi nilainya
daripada perempuan)
3) Sinestesia
Kalimat yang
menggunakan kata sinestesia yaitu perubahan makna yang terjadi karena
pertukaran anggapan dua indera. Contoh kalimat Sinestesia:
a) Senyumnya
manis sekali. (indera perasa ke indera penglihatan).
b) Berita yang
dibicarakan itu sebenarnya sudah basi. (indera perasa ke indera pendengar)
4. Bab 5
Pembahasan
semantik dalam bab 5 adalah Memahami dan Menggunakan Imbuhan ter-, ter-kan,
ter-i.
a. Memahami dan
menggunakan Awalan ter-
Arti awalan
ter-
1) Kesebelasan
Brazil sering menjadi tim sepak bola terkuat di dunia.
Arti
imbuhan ter : menyatakan paling (paling kuat)
2) Mendengar
berita yang mengejutkan itu aku terduduk.
Arti imbuhan
ter : dengan tiba – tiba (duduk)
3) Rombongan
kami masuk melalui pintu yang terbuka.
Arti imbuhan
ter : dalam keadaan
4) Buku Ana
terbawa oleh Sari.
Arti imbuhan
ter : menyatakan perbuatan yang tidak disengaja
5) Terdakwa
perampokan itu telah ditangkap polisi.
Arti
imbuhan ter : menyatakan orang yang di ….
6)
Tulisannya bagus dan rapi, sehingga terbaca dengan jelas.
Arti imbuhan
ter : dapat di ……….(dibaca)
b. Memahami
dan Menggunakan Imbuhan ter-kan
Arti awalan
imbuhan ter-kan
1) Acara
yang bagus itu terlewatkan begitu saja.
Arti
imbuhan ter-kan pada kata terlewatkan adalah tidak sengaja/tidak terasa
dilewatkan.
2)
Kebaikan-kebaikannya tak terlupakan sepanjang masa.
Arti imbuhan
ter-kan pada kata terlupakan adalah tak dapat dilupakan.
3) Kesedihan
hatinya tak terlukiskan dengan kata-kata.
Arti imbuhan
ter-kan pada kata terlukiskan adalah tak dapat dilukiskan.
c. Memahami dan
menggunakan imbuhan ter-i
Arti awalan
imbuhan ter-i
1) Mereka tidak
merasa terbebani oleh tugas ini.
Arti imbuhan
ter-i pada kata terbebani adalah mendapat beban.
2) Target itu
telah terlampaui pada bulan kemarin.
Arti imbuhan
ter-i pada kata terlampaui adalah dapat dilampaui
3) Pikiran
anak-anak mulai teracuni tayangan-tayangan televisi yang kurang mendidik.
Arti imbuhan
ter-i pada kata teracuni adalah dimasuki/dipengaruhi.
d. Menggunakan
Imbuhan –is dan –isme
Arti awalan
imbuhan –is dan -isme
1) Para pendiri
negara adalah nasionalis sejati. (orang yang memiliki sifat nasional)
2) Semangat
nasionalisme harus selalu dipupuk. (paham, pandangan, atau aliran)
3) Pianis cilik
itu memperlihatkan kebolehannya di depan publik. (ahli bermain
piano)
Dalam semantik,
makna konfiks termasuk makna gramatikal yang lahir karena adanya proses
gramatikal. Menurut Chaer (2002:62), makna gramatikal adalah makna yang hadir
sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses
reduplikasi, dan proses komposisi.
5. Bab 8
Pembahasan
semantik dalam bab 8 adalah Memahami dan Menggunakan Homonim dan Hiponim.
a. Homonim
Homonim adalah
kata yang lafal dan ejaannya sama, tetapi maknanya berbeda karena asal katanya
berbeda. Contoh:
1) Adik sudah
bisa berjalan.
2) Bisa ular
kobra sangat mematikan.
Kata bisa dalam
kedua kalimat di atas ejaan dan pelafalannya sama, tetapi arti keduanya
berbeda. Kata bisa dalam kalimat pertama berarti mampu atau dapat, sedangkan
pada kalimat kedua berarti racun.
Homonim ada dua
jenis yaitu:
1) Homofon
adalah kata yang lafalnya sama, tetapi memiliki ejaan dan arti yang berbeda. Contoh:
· Sekarang ini
kita masih berada pada masa krisis ekonomi. (waktu)
· Pencopet itu
luka parah karena dihajar massa yang marah.
(sekumpulan
orang)
2) Homograf
adalah kata yang ejaannya sama, tetapi memiliki lafal dan arti yang berbeda. Contoh:
· Peternak sapi
di Boyolali itu memerah susu sapi. (memeras)
· Pipi
pramuniaga itu memerah karena malu. (menjadi berwarna merah)
b. Hiponim
Hiponim adalah
kata yang tingkatannya berada di bawah kata yang lain.
Contoh: katak,
kera, buaya, dan ayam merupakan hiponim dari hewan.
· Beberapa
orang berburu katak pada malam hari.
· Pengelola
kebun binatang memberi makan beberapa kera.
· Pawang itu
berhasil menangkap buaya di sungai dekat rumahku.
· Beberapa
pedagang menaikkan harga ayam.
· Para pecinta
alam berhasil menyelamatkan hewan yang termasuk langka di hutan ini.
Menurut Chaer
(2002: 93), secara harfiah homonim dapat diartikan sebagai ”nama sama untuk
benda atau hal lain”. Secara semantik, Menurut Chaer (2002:62), Menurut Chaer
(2002:62), Verhaar (1978) memberi definisi homonim sebagai ungkapan (berupa
kata, frase, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (berupa
kata, frase, atau kalimat) tetapi maknanya tidak sama.
Menurut Chaer
(2002: 98), secara harfiah Hiponim berarti ”nama yang termasuk di bawah nama
lain”. Secara semantik Verhaar (1978: 137) menyatakan hiponim ialah ungkapan
(biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain.
0 komentar:
Posting Komentar